Chereads / Legenda Buronan Pertama [HIATUS] / Chapter 74 - Chapter 74 Rokuro Bakeneko

Chapter 74 - Chapter 74 Rokuro Bakeneko

"Hahaha.... Ini benar benar bagus banget, bagaimana kau bisa begitu kuat mengalahkan semua oranh itu" Kata Kanna membawa kanting penuh koin emas, tak hanya satu melainkan banyak.

Sementara Rokuro meletakan kepalanya di meja bar. "Ha.... Memang nya tujuan ku kemari itu apaan dah...." Dia tampak putus asa.

"Baiklah, ayo temani aku memperbaiki tongkat sihir ku" Kata Kanna. Tapi Rokuro terdiam tak bergerak dari tempatnya.

"Haiz.... Ayolah.... Setelah ini kamu minta apa, aku akan memberikan nya" Kata Kanna.

Lalu Rokuro langsung berdiri. "Baiklah, ayo..." Dia berjalan mengikutinya.

Lalu mereka sampai di tempat perancang tongkat sihir.

"Apakah di sini tempat nya?" Kanna menatap sekitar.

"Sepertinya begitu karena hanya ada satu di sini.... Sebaiknya masuk" Kata Rokuro lalu mereka masuk dan langsung melihat seorang pria kekar yang duduk di kursi meraut sebuah ranting, dia menoleh pada mereka dan masih ada di tempatnya. "Selamat datang, ingin beli apa?" Dia melemparkan pertanyaan tapi juga melemparkan tatapan datar dan juga dingin membuat Kanna terdiam melihat itu.

"Apa dia siluman?!" Dia langsung paranoid.

"Ha.... Dasar kau, dia pemiliknya, sebaiknya katakan masalah mu padanya" Kata Rokuro. Dia melihat sekitar sembari Kanna mendekat ke pria yang agak seram itu.

"Um, anu, aku...."

"Katakan saja...." Pria itu semakin membuat Kanna terkejut ketakutan.

Tapi Rokuro terdiam bingung melihat sesuatu yakni beberapa tongkat sihir yang di pajang. "(Hm? Kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh pada tongkat tongkat itu?)" Ia bingung dengan wajah serius hingga ia mendekat ke Kanna.

"Ini...." Kanna memberikan tongkat sihir pada pria itu tapi Rokuro menghentikan tangan Kanna membuat Kanna dan pria itu bingung.

"Tunggu, bisa aku tanya sesuatu dulu?" Rokuro menatap serius pada pria itu yang menatap diam.

"Kenapa ketika aku memandang beberapa tongkat sihir yang kau buat, aku merasa berbeda, maksud ku, mungkin aura yang di rasakan itu berbeda" Tatap Rokuro.

Di saat itu juga suasana diam dan itu membuat Kanna bingung karena Rokuro dan pria itu sama sama melemparkan tatapan tajam.

"Tunggu, apa yang sebenarnya terjadi? (Apa mereka akan berkelahi?!!)" Kanna tampak khawatir.

Tapi siapa sangka, pria itu tertawa senang. "Hahaha...."

Hal itu membuat Rokuro dan Kanna terdiam kaku mendengar itu. "(Kenapa... Dia tertawa...)"

"Hahaha.... Benar benar sungguh sangat akurat sekali anak muda.... Bagaimana kau bisa melakukan itu?"

"Hm... (Aku agak bingung, sikapnya jadi ketawa gitu...) Hanya perasaan ku saja karena menurutku tongkat sihir yang di buat dengan teknik khusus akan menyebarkan aura yang khusus juga pastinya...." Balas Rokuro.

"Memang mirip seperti tongkat sihir yang aku buat sepenuh hati, tapi bukan sembarang walaupun mirip dengan rata rata yang dipakai semua orang tapi seseorang dengan penglihatan khusus dapat membedakan level" Kata Pria itu.

"Kenapa kau menipu pelanggan jika pelanggan membeli benda benda ini?" Rokuro menatap serius.

Tapi ada yang datang membuka pintu, dia membuat mereka menoleh dan rupanya hanya pelanggan biasa yang membawa sekantung uang.

"Halo, bisa aku dapatkan tongkat sihir yang begitu unik dengan tampilannya?" Dia datang dengan antusias.

Pria itu kembali melemparkan tatapan tajam. "Silahkan pilih yang mana...." Dia hanya menunjuk.

"Hm, oh yang ini bagus sekali modelnya..." Dia mengambil yang berbentuk unik sesuai dengan seleranya.

Lalu dia memberikan kantung uang itu pada pria itu yang mengangguk dan membiarkan nya pergi dan itu membuat Rokuro dan Kanna terdiam bingung.

"Hm..... Lihat itu, kau melakukan nya lagi" Rokuro menatap.

"Alasan ku menipu pelanggan yang membeli tongkat sihir yang dibuat dengan kemampuan secukupnya itu karena akhir akhir ini banyak pelanggan yang hanya asal membeli, mengabaikan kemampuan dan kecocokannya mereka cuman ingin mendapat barang bagus dengan uang yang ada. Tongkat sihir yang aku buat dengan tekun pun langsung dibuang begitu dapat jenis baru melihat hal ini aku merasa seperti orang bodoh.... Bagi pengrajin tongkat sihir yang sungguh khusus, kami menganggap karya kami sebagai anak sendiri apakah terlalu egois jika meminta anak kami dijaga dengan baik" Kata pria itu.

"Oh, aku mengerti!!" Kanna langsung menatap mengerti.

"Benarkah, kamu mengerti?" Pria itu menatap.

"Ya, barang bagus wajib digunakan orang yang pantas, mereka hanya asal beli jika ada uang dan tidak mempedulikan senyawa yang keluar menjadi nyaman dengan tongkat ajaib itu" Kata Kanna.

"Ya, kamu benar, karena itulah aku bersikap begitu" Balas pria itu.

"Lalu, apa kau sekarang tidak membuat tongkat sihir khusus lagi, karena gadis ini, dia perlu menggunakan tongkat yang khusus agar dapat menggunakan sihirnya, jika perlu, perbaiki saja ini" Kata Rokuro memberikan tongkat sihir Kanna yang rusak.

Lalu pria itu mendekat mengambil nya dan menelitinya. "Aku tidak bisa memperbaiki nya, tongkat sihir yang seperti ini hanya di buat dengan permata marthil... Dan sangat jauh jika mendapatkan nya tapi aku punya yang khusus.... Tentunya dengan harga tinggi dan aku berharap bisa di jaga dengan baik" Kata Pria itu, dia mengambil sesuatu dan mendekat lagi. Dia mengulurkan nya pada Kanna yang rupanya itu tongkat sihir yang cantik, berbentuk unik sesuai menggambarkan sihir yang di pakai Kanna.

"Wah, sangat bagus, aku akan menjaga nya, berapa harga nya?" Kanna menatap.

Lalu pria itu menjadi tersenyum kecil. "Ambil saja itu, sebagai gantinya kau mengerti apa yang aku rasakan.... Senang bertemu dengan mu, aku Gala...." Kata Pria itu yang rupanya bernama Gala.

"Ah aku Kanna, dan ini, partner ku, Rokuro" Kata Kanna seketika Rokuro berwajah tersinggung.

"(Cuih.... Awas saja jika akh meninggalkan mu... Hmp...)" Rokuro tampak kesal.

"Ya, senang bertemu dengan kalian... Semoga kita mengenal lebih lanjut" Kata Gala.

Tak lama kemudian, mereka keluar dari tempat itu. "Hm... Jadi yang membentuk tongkat sihir itu adalah baru marthil?" Tanya Kanna membuat Rokuro terdiam.

"Sebenarnya, baru marthil adalah suatu permata biru yang di campur dengan benda benda senjata, termasuk pedang dan benda tajam lain nya bahkan tongkat sihir yang hanya bisa mengeluarkan senyawa pun juga di berikan batu itu agar lebih kuat dan tahan lama, selain membuat kuat dan tahan lama. Batu marthil juga membuat senjata tampak mengkilap dan sangat tajam" Kata Rokuro.

"Ah aku mengerti, jadi tempat nya jauh untuk mendapatkan nya?"

"Yeah, hanya berada di penambangan Batu marthil saja dan pengiriman nya sungguh sangat jauh" Balas Rokuro sekali lagi.

Lalu ia menoleh ke sekitar. "Bagaimana jika cari penginapan saja...." Tatapan nya lalu Kanna mengangguk dan mereka berjalan ke sebuah penginapan.

"Apa kita akan menyewa dua?" Tanya Kanna. Tapi pemilik penginapan mengatakan sesuatu. "Tidak usah sewa dua karena satu kamar cukup untuk 3 orang sekaligus, tapi lebih baik 2 karena itu memang untuk dua orang" Balasnya.

"Um.... Tapi.... Bukankah terlalu awal jika kita harus sekamar?" Kanna menatap berwajah merah pada Rokuro yang hanya menatap dengan tatapan datar lalu menghela napas panjang. "Kita hanya sekamar, bukan seranjang, kami ambil..." Dia mengambil kunci kamar dan berjalan duluan membuat Kanna tampak kembali berwajah merah. "(Seranjang katanya?!!)"

"Hei, apa kamu benar benar menyewa satu kamar?" Kanna mengikutinya di lorong kecil.

"Yeah begitulah..." Rokuro membalas sambil menoleh.

Tapi di saat itu juga, pintu yang agak jauh terbuka dan keluar seseorang ke arahnya sambil melihat ke belakang jadi dia tidak melihat Rokuro.

Siapa sangka, mereka tertabrak.

"Aduh, hei..." Rokuro menatap. Mereka tak terjatuh hanya bertabrakan sesama tubuh kekar.

Rokuro terkejut ketika melihat orang yang ia tabrak, dan orang yang tak sengaja menabraknya juga menatap tak percaya.

Rokuro melihat anting lelaki, rambut perak, dan sama sama memiliki aura yang sama dengan nya, siapa sangka, itu adalah Geru yang menatap tak percaya.

"Rokuro...."

"Geru?!!"

"Hahaha... Kau benar benar ada di sini!" Geru menatap senang dan siapa sangka, dia langsung memeluk Rokuro membuat Rokuro terkejut kaku, dia menoleh ke Kanna yang bahkan tak percaya.

"Oh, rupanya kamu hom--

"Bacot, kau juga tidak perlu melihatnya...." Rokuro menatap kesal, dia lalu memegang kedua baju GERU dan mendorong nya untuk menjauh.

Tapi siapa sangka, Geru tampak sedih dan menangis. "Aku pikir kita tak akan bertemu karena kupikir kau memiliki pemikiran sendiri..." Tatapan nya.

"Ha.... Kau itu pria, berhenti menangis payah..." Rokuro mengusap wajah Geru dengan kasar tapi dilihat Kanna.

"Oh, mengaku saja bahwa kamu Hom--

"Akhhh.... Sialan.... Cukup, sebaiknya kau ke kamar duluan saja..." Rokuro melemparkan kunci kamar pada Kanna.

Lalu Rokuro merangkul Geru. "Biarkan kita bicara empat mata" Tatapnya lalu berjalan pergi membuat Kanna terdiam bingung.

"Haiz ada ada saja.." Dia masuk ke kamar.

"Rokuro, siapa gadis itu?" Geru bertanya sambil masih berjalan di rangkul Rokuro.

"Hanya orang yang bertemu di hutan dalam perjalanan.... Ngomong ngomong sudah berapa lama kau ada di sini?" Tatap Rokuro sambil berhenti berjalan dan melepas rangkulan nya karena dia merogoh saku untuk merokok. Tapi ia menawarkan rokok apda Geru yang menolak. "Aku tidak merokok dulu..."

"Hm... Baiklah..." Rokuro kembali menyimpan nya.

"Sebenarnya sudah sangat lama aku ada di sini, aku berusaha untuk menjadi orang sini sampai di musuhi oleh beast hunter..."

"Hm? Aku belum tahu peraturan kota HAGA ini, sebaiknya kau menjelaskan padaku sambil berjalan" Kata Rokuro sambil berjalan duluan dan merokok.

"Bagaimana perjalanan mu? Apa kamu tidak menikmati bermain kartu, bukankah kau harus bermain kartu?" Tatap Geru.

"Yeah, aku sudah melakukan nya dan aku benar benar puas sampai di sini, mungkin menikmati game kotor akan sangat menyenangkan jika bersama Ketua (Hannyo) Karena dia memiliki banyak frekuensi..."

"Ah begitu, lalu menurutmu, apa kita juga bisa bertemu dengan Hannyo dan... Shiroi?"

"Shiroi?"

"Yeah, jangan bilang kau lupa pada Shiroi?" Geru menatap.

"Haha... Siapa yang lupa pada wanita cantik itu.... Aku tak perlu mengkhawatirkan nya karena mungkin dia dapat mencari babu melalui godaan nya...."