"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Kanna yang berjalan mendekat pada seorang bocah yang menangisi mayat di bawah itu.
"Hiks…. Ada siluman berwujud manusia tadi datang menyerang tempat ini, dia pasti akan Kembali lagi… Hiks…" Balas bocah itu yang menangis tak henti henti.
"Apa yang terjadi? (Dia bicara dengan siapa?)" Rokuro mendekat dengan wajah serius lalu Kanna berdiri sambal berpikir.
"Siluman berbentuk manusia? Itu jelas sungguh sangat bahaya di sini, siluman yang berwujud manusia pastinya akan bisa melakukan apapun dengan penyamaran mereka, padahal hanya siluman tinggi yang bisa melakukan itu, kita tidak akan bisa mengalahkan nya yang pastinya akan kalah" Kanna menatap khawatir.
"Siluman yang bisa berwujud manusia, hm…. Jika dia memang kemari tadi, seharusnya dia menghabiskan semua orang di sini, tak salah lagi, pastinya dia akan kembali lagi kemari..." Kata Rokuro.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?"
"Kalau aku sih pilih pergi saja, karena ini bukan urusan ku"
"Eh tapikan, ini tetap bahaya untuk mereka, siluman yang bisa berwujud manusia pastinya tidak bisa di deteksi karena dia berwujud manusia di depan manusia lain, jika hal ini terjadi, kita tak akan bisa melakukan apapun sebelum waktunya kita dikalahkan maupun mengalahkan…" Kata Kanna.
"Haiz… Memang nya ada cara lain untuk mengetahui wujud manusia adalah siluman? Bagaimana manusia bisa mengetahui jika siluman sedang menyamar menjadi manusia?" Tatap Rokuro.
"Air suci…"
"Air suci? Apa air itu dari pegunungan?" Tanya Rokuro.
"Tentunya ada yang bilang begitu.... Karena legenda mengatakan, Dewi tenang yang bertugas menyebarkan hujan telah melakukan kesalahan parah, dia membuat banjir semua tempat dan hal itu membuat dewa atasan menjadi sungguh sangat marah dan mengutuknya menjadi manusia biasa. Karena kesedihan yang tidak bisa membendung, dia menangis dan di turunkan di bumi di bagian tingginya gunung. Tangis yang tiada henti membuat sebuah aliran air mata yang turun hingga membentuk sungai dengan sendirinya, dan di sanalah di sebut air suci yang ada di sungai gunung yang tinggi, tapi untungnya hal itu bisa di jangkau para petualang dah pengelana meskipun dengan waktu yang banyak" Kata Kanna.
"Lalu.... Bagaimana kita mendapatkan nya?"
"Di jual di berbagai tempat, lihat itu, kedai ramuan, di sana pasti menjual beberapa air suci karena mereka yang mengambil air suci langsung akan menjaulnya di berbagai tempat termasuk di sini..." Kata Kanna menunjuk kedai kecil. Ketika menoleh ke Rokuro, dia terdiam bingung karena Rokuro tidak ada di tempatnya.
Rupanya Rokuro sudah masuk ke kedai ramuan itu. "Halo…?" Dia menoleh ke sekitar, tapi tak ada yang menjawab dan di sana juga tampak berantakan, dan di saat itu juga, Rokuro terkejut karena di sana ada mayat manusia yang berdarah darah membuatnya terdiam.
"(Hm… Siluman itu pasti masuk ke sini juga, aku harus segera mengetahui air suci itu. Pengetahuan baru mengubah segalanya…)" Pikirnya, lalu melihat sesuatu di sekitar.
"(Semuanya berantakan, jika aku bisa berpikir, pastinya, mereka semua itu telah mati tanpa sisa.... Karena siluman tidak akan membiarkan satupun lolos, tapi aku bertanya tanya.... Bagaimana bisa siluman meniru apa yang dilakukan iblis dulu. Iblis dulu membunuh banyak orang seperti ini, tapi kami berhenti dan ada hal lagi... Sepertinya siluman memang memiliki pemikiran menirukan apa yang dilakukan iblis dulu....)" Pikirnya.
Lalu menemukan sesuatu yang seharusnya sudah ia dapatkan tadi, yakni sebuah botol botol kecil yang berisi air jernih.
"(Ini pasti air suci nya, karena tak ada air jernih selain ini, sebaiknya aku bawa beberapa..)" Ia mengambil banyak sekali, padahal hanya berniat membawa beberapa.
Ia kemudian kembali lagi pada Kanna yang terdiam bingung. "Dari mana saja kamu?" Tatap Kanna dengan bingung.
"Aku membawa beberapa air jernih, ini kan, air sucinya?" Rokuro menunjukan satu botol kecil itu.
"Ah iya, itu air suci, tapi kau tidak bisa sembarang menyiramkan nya pada orang lain, hanya orang yang terlihat mencurigakan saja di sini" Kata Kanna membuat Rokuro terdiam.
"Memang nya siluman itu tidak bisa menyamar jadi manusia baik?"
"Um… Entahlah, tapi aku tidak percaya bahwa siluman dapat berubah menjadi orang baik, pastinya mereka hanya menyamar menjadi orang buruk" Kata Kanna.
Tapi ada yang datang membuat mereka menoleh, tampilan nya seperti seorang pendeta gereja. "Selamat datang, apa kalian pendatang baru? Tatapnya dengan masih wajah ketakutan.
"Ah iya, kami pendatang baru dan kami ingin tahu apa yang terjadi di sini" Tatap Kanna dengan ramah.
"Haiz, sebenarnya, waktu kami semua beribadah di gereja, ada yang menyusup masuk dan langsung menyerang semua orang di sana, mereka yang berhasil keluar tetap akan di bunuh dan sebagian yang terkena. Aku juga terkejut saat itu ada siluman menyerang dan menyamar menjadi manusia…" Kata pendeta itu.
Tapi di sini yang memasang wajah curiga adalah Rokuro. "(Hm... Bentar bentar... Perasaan waktu kita datang kemari tidak ada manusia yang hidup, terus dia bilang kalau semuanya di bunuh di gereja juga. Pastinya dia juga mati gak sih....)" Pikirnya.
"Ah begitu, bagaimana jika kita menolong untuk menemukan siluman itu jika kalian tahu tempatnya" Tatap Kanna menawar dengan baik.
Tapi Rokuro tampak membuka botol air suci itu ketika pendeta itu mengatakan sesuatu. "Benarkah begitu, kalian akan melakukan nya?"
Namun mendadak, Rokuro langung meletakan botol itu di atas pendeta itu, seketika air suci itu langsung membasahinya membuatnya terkejut tak percaya apalagi Kanna yang melihat itu.
"Tunggu?!?!? Apa yang kau lakukan?!?!" Kanna menatap histeris.
"Dia siluman" Kata Rokuro dengan mata melirik. Bahkan dengan santainya dia melakukan hal itu pada nya.
"Apa yang kau katakan, sudah jelas dia itu pendeta yang baik dan taat pada tuhan, kenapa kau melakukan itu?!?!?"
Tapi, siapa sangka, pendeta itu berteriak. "Akhhh….?!?!?" Dia berteriak seperti kepanasan pada kepalanya membuat Kanna terdiam.
Dan di saat itu juga, pendeta itu berubah menjadi siluman yang lebih besar membuat Kanna semakin terkaku.
Siluman yang tadinya pendeta itu akan menyerang Kanna dengan tubuh besar dan mengerikan nya, Kanna masih terpaku tak tahu apapun, dan hingga Ketika akan menyerang nya, peluru keras menembak kepala siluman itu sampai peluru itu menembus kepalanya dan hilang di udara membuat Kanna semakin terkejut dan menoleh ke siapa yang menembak dan rupanya Rokuro yang meniup ujung pistolnya dengan tatapan sombong.
Siluman itu kemudian mati dan menyisakan batu permata kecil. "Ba…bagaimana bisa?!?!?!" Kanna menatap tak percaya sma sekali.
"Haha... Apa aku bilang, siluman itu bisa berubah wujud menjadi manusia yang terlihat baik sekalipun, makanya, jangan menilai buku dari covernya…" Kata Rokuro.
"Um…oke? Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
"Mau bagaimana lagi, sebaiknya kita hanya pergi dan melewati desa ini saja" Kata Rokuro.
"Hei apa kamu yakin? Bagaimana jika ada siluman muncul lagi?" Kanna menatap khawatir.
"Memang nya dia muncul untuk apa, di sini sudah tak ada orang, banyak dari mereka yang mati dan tak tersisa yang hidup sama sekali… Aku melihat banyak sekali mayat dan tak menemukan sama sekali kehidupan di sini..."
"Eh… Bagaimana dengan bocah yang aku tanyai tadi?" Kanna melihat sekitar dan rupanya bocah tadi tidak ada.
"Bocah siapa yang kau maksudkan? Orang jelas tidak ada orang sama sekali di sini.." Kata Rokuro, seketika Kanna terkejut. "Tidak mungkin yang aku lihat itu hantu kan?! Kamu jangan bercanda?!?!?" Dia panik.
"Lah, kan memang benar, oh aku tahu, mungkin aku tadi bingung kau bicara dengan siapa mungkin kau bicara dengan bocah itu kan... Dia mungkin bukan manusia" Kata Rokuro seketika Kanna terpucat.
"Hei, jangan bohong?! Orang udah jelas banget tadi kalau aku bicara sama bocah tadi, bahkan kamu datang saat aku masih menatap bocah itu"
"Hm.... Hanya perasaan mu mungkin...." Rokuro menatap tak percaya.
"Tunggu, jangan bikin aku paranoid...." Kanna mulai merinding.
Tapi Rokuro terdiam melihat di belakang Kanna. "Oh maksud mu itu?" Tunjuknya membuat Kanna menoleh ke belakang dan di saat itu juga, dia terkejut karena itu bocah yang menangis tadi.
"Nah, itu.... Lihat bukan, dia nyata.... Kau benar benar salah mengira, sudah jelas dia adalah yang tersisa di sini, sebaiknya kita bertanya tanya saja pada dia, siapa tahu kita dapat jawaban kenapa siluman menyerang tempat ini" Kata Kanna. Tapi Rokuro terdiam menggeleng membuat Kanna kesal dan lebih memilih menatap kembali ke bocah itu yang hanya diam memasang tatapan kosong.
"Hei... Kenapa kamu ada di sana…?!" Kanna berjalan mendekat tapi Rokuro bergumam sesuatu.
"Jika aku jadi kau, aku tidak akan mendekat…"
Kanna akan mendekat tapi siapa sangka, ia terkejut dan berhenti mendekat karena melihat aura yang sangat tinggi di belakang bocah itu, seketika dia berubah wujud menjadi sangat besar seperti siluman mengerikan.
"A… Ap-- Itu…." Dia terpaku.
Rupanya bocah itu memang siluman, dia hanya bersandiwara menangis tadi agar terlihat sebagai manusia saja.
"(Si.... Siluman....)" Kanna masih terkejut tak percaya lalu menoleh ke Rokuro yang hanya diam.
"Hei… Tolong aku!!" Teriak Kanna.
"Ehem… Jangan bergantung pada aku terus loh… Kau harus bisa melawan karena kau yang menganggap bocah itu manusia kan, jadi perlakukan saja dia seperti manusiau" Kata Rokuro.
Seketika Kanna kesal. "Kau pikir aku ada di situasi mudah! Ini siluman bukan bocah!! Apa yang harus aku lakukan jika kau tak mau menolong ku!!?" Teriak Kanna.
"Hm... Kupikir penyihir sepertimu bisa mengguanakan sebuah segel…."
"Segel terlarang? Tapi dia hanya siluman!!"
"Mau bagaimana lagi, daripada menggunakan tongkat sihirmu yang tidak berguna kan" Rokuro menatap meremhkan membuat Kanna kesal. "Kau benar benar akan membuat ku mati...."
"Cobalah dulu saja, aku hanya akan melihat...." Rokuro malah mengeluarkan rokok dan merokok melihat.
"(Cih, sialan... Jadi kau tidak mau melindungi aku yang masih muda.... Awas saja....)" Kanna kesal, sungguh sangat kesal.