"Papa menghubungi Jeki, Ma. Ada beberapa hal yang harus dia lakukan untuk Papa," ujarku pada Daliya yang masih terlihat ragu.
Kalau sudah begini terpaksa aku perlihatkan handphoneku padanya. Agar dia bisa percaya dan tidak lagi menyimpan rasa curiga.
"Mama gak percaya? Nih, lihat sendiri." Ucapku sambil menjulurkan handphone yang sedari tadi ku pegang pada Daliya. Ia menerimanya tapi tetap dengan wajah yang cemberut, setelah selesai melihat nama yang tertera pada layar handphoneku akhirnya dia memberikannya kembali padaku.
"Habisnya, Papa sih. Tumben saja menelvon seseorang tapi gak di speaker, Mama kan jadi negatif thinking."
Nah, kan! Tetap saja masalahnya hanya karena persoalan speaker saja. Kadang sifat Daliya yang kekanak-kanakan ini membuatku kesal, namun tak dapat di pungkiri pula. Jika sifatnya ini yang membuatku semakin ingin menjadikannya istriku dulu.