Prang...
Mas Yasa membuang vas bunga yang ada diatas meja. Aku sedikit terkejut saat vas itu hampir saja mengenai kakiku. Mas Yasa memang tempramen saat sedang marah, ia akan menjatuhkan atau membanting sesuatu yang ada didekatnya saat dia emosi.
"Ingat, Sekar. Kita memiliki Gavriel, karena kehadiran Jonathan ditengah-tengah kita. Tak bisakah kamu, sedikit saja menyayangi dia, seperti kamu menyayangi Gavriel. Dimana hati nurani kamu sebagai seorang Ibu, Sekar."
Bagaimana bisa aku menyayangi Jonathan seperti aku menyayangi Gavriel. Jelas-jelas Jo bukan darah dagingku, tak bisa dibandingkan dengan Gavriel yang memang anak biologisku dan mas Yasa.