"Masih dingin gak?" Tanyaku memastikan, karena yang ku lihat bibir Viola pucat dan bergetar saking dinginnya.
Aku berdiri dan menutup pintu gubuk agar angin tak masuk ke dalam, tak ada cara lain sebab disinu tidak ada sesuatu yang bisa digunakan untuk menghangatkan tubuh.
"Dingin banget, Kak. Aku gak kuat," aku tidak melihat Viola begini, kini bukan hanya terlihat pucat menahan dingin tapi seperti sepucat mayat.
Reflek, ku peluk Viola erat. Tak ingin dia sampai pingsan atau kenapa-napa ditempat ini, sebab tak ada fasilitas umum seperti puskesmas ditempat terpencil begini. Berobat saja harus ke rumah sakit dikota, jadi mau tak mau aku harus melakukannya demi keselamatan Viola.
Dia tak memberontak, bahkan semakin menenggelamkan kepalanya pada dadaku. Seketika jantung ini berdebar begitu kencang seperti dipacu sangat cepat. Pertama kalinya dalam hidup ini aku memeluk seorang wanita, sosok yang sangat ku sayangi dalam hidup.