"ini pacar kamu ya, Jo?" Tanya Pak Imron kala aku dan Viola telah selesai meminum teh yang disajikan oleh gadis barusan.
Aku tersenyum malu, melihat ke arah Viola yang menunduk malu saat Pak Imron bertanya tentang hubungan kami.
"Iya, Pak."
"Wah beruntung sekali kamu, punya pacar secantik dia, Jo."
Bukan aku saja, ternyata Pak Imron juga mengakui kecantikan Viola. Tak salah bila saat pertama kali bertemu aku langsung jatuh cinta padanya.
Aku dan Viola hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Pak Imron, jujur saja aku canggung saat
"Oh ini, Pak. Ada sedikit oleh-oleh buat Bapak dan istri juga anak Bapak," ku berikan oleh-oleh yang sempat terlupa tadi untuk diberikan pada Pak Imron.
"Loh, kenapa repot-repot, Jo. Gak perlulah bawa beginian, kamu bersedia datang ke rumah Bapak saja sudah senang,"
"Gak papa, Pak. Tidak repot sama sekali kok,"