"Ka_kamu gak lagi bercanda kan, Vio? Kakak gak lagi mimpi, kan!" Entah bagaimana perasaan Kak Jo saat ini ketika mendengar keputusanku untuk menjalin hubungan sepasang kekasih bersamanya.Aku sebenarnya malu, tapi ini keputusanku.
"Ya nggaklah, Kak." Ucapku singkat.
Untuk membuktikan jika Kak Jo tidak sedang bermimpi, aku berinisiatif untuk mencubit lengannya. Dengan begitu ia tak akan mengira kalau saat ini ia sedang bermimpi.
"Aw, sakit. Kenapa kamu cubit Kakak?" Reflek Kak Jo menjerit karena rasa sakit yang timbul dari cubitanku barusan.
Biarlah dia kesakitan, toh salahnya pula menganggap dirinya sedang bermimpi. Padahal aku sudah susah payah menahan malu untuk mengutarakan perasaanku juga padanya.
"Biar Kakak percaya, kalau Kakak tidak sedang bermimpi." Kak Jo tersenyum, tersirat jika saat ini dia sedang bahagia. Tatapannya lekat, hingga berhasil membuatku tersipu melihatnya.