"Kalau kamu belum siap buat menjawab perasaanku, aku bersedia nunggu, Vio. Sampek kamu yakin sama perasaanmu sendiri, dan aku mohon selama aku nunggu jangan sampek kedekatan kita berubah. Aku gak mau hubungan kita makin jauh,*
Tersirat sebuah ketulusan kala Gavriel berkata seperti itu. Sikapnya yang seperti ini semakin membuatku bimbang, menghindar hanya akan menciptakan jarak antara aku dan Gavriel. Rasa suka memang tidak bisa di atur untuk siapa, hingga dengan rasa yang demikian, hingga seseorang bisa saja terjebak dengan rasa suka yang salah sekali pun.
Aku berlalu meninggalkan Gavriel menuju kamar, sudah tidak sabar untuk segera pulang. Agar aku juga bisa lepas dari bayang-bayang rasa bersalah. Dari perkataan Gavriel tadi, ia sangat berharap kalau aku hanya belum siap memberikan jawaban atau kepastian yang ia mau.