Karena Anjani dan Dina, Dhita gagal nguping pembicaraan Zayyan dan teman temannya tentang perkelahian yang terjadi pagi tadi.
Jadi ia memilih untuk menanyakannya langsung pada Zayyan saat mereka pulang sekolah nanti.
Bukan karena ia terlalu mengkhawatirkan Zayyan tapi dia gak mau punya pacar tukang berantem!
Sementara itu Zayyan udah buat rencana untuk memberi pelajaran sama dua orang adik kelasnya yang berani buat masalah di sekolah, apalagi sampai melibatkannya sebagai tukang bersih bersih di perpus.
"Lo udah gila ya Za? apa urusannya coba mereka berantem di sekolah sama lo?" Yuda gak setuju dengan apa yang dipikirkan Zayyan.
Menurutnya mau mereka buat onar sebesar apapun selama itu gak menyangkut pautkan mereka dalam masalah atau tidak menjelekkan nama sekolah didunia luar, mereka gak berhak ikut campur.
"Gak gitu Yud! gara gara mereka gue harus beresin perpustakaan, kan udah gak normal namanya!" Zayyan merasa harus kasi 2 orang itu pelajaran biar gak sembarangan lagi kalau berantem.
Paling enggak cari tempat yang lapang kek atau cari ruangan yang gak ada barangnya kek untuk berantam, kalau gini kan dia yang repot.
"Lo pikir aja sendiri Za! o itu disuruh beresin perpus bukan karena akibat dari perkelahian mereka ego! tapi emang karena salah lo aja, siapa suruh lo telat tadi pagi?" Farrel mencubit pangkal hidungnya.
Ni orang kalau udah punya ide gak bisa dibantah, maunya harus dilakuin juga! gak peduli dia dengan kekeliruan yang ada disekitarnya.
"Lah buk Hanum gak pernah kasi hukuman seberat ini ya!" jawab Zayyan dengan santai. Dia gak mau tau pokoknya tu anak harus di kasih pelajaran dikit biar gak sembarangan.
"Udah ni kalian mau gak manggil tu bocah kemari?" tanya Zayyan sekali lagi dengan nada menekan.
Dari tadi dua orang ini di mintain tolong buat nyari anak yang berantem itu gak gerak gerak, buat dia kesel aja.
"Ya gue panggil nih, tapi orangnya gue gak tau, kan Cuma lo yang liat muka tu anak tadi."
"Ntah! mungkin pun belum keluar dari BK mereka, berurusan sama buk Susi gak sebentar bre! lo tau sendiri lah," kedua temannya saling menambahkan.
"Keburu masuk kelas! udah laa biar gue aja yang cari!" bentar lagi waktu istirahat udah kelar, jadi dia harus selesaikan segera.
"Serah lo deh, yang penting jangan sampe main pukul Za!" Yuda gak bisa bilang apa apa lagi, kalau Zayyan udah ambil keputusan kepala sekolah pun gak bisa larang!
Mengabaikan apa yang dikatakan Yuda, Zayyan beranjak pergi dari tempat duduknya dan langsung pergi menuju ruang BK, dari sanalah ia harus mencari anak yang berantem itu.
Yuda dan Farrel tetap mengikuti dari belakang, bagaimanapun mereka harus melihat apa yang akan dilakukan Zayyan sama kedua anak itu.
Apalagi Zayyan orangnya bisa hilang kendali kalau udah emosi, ketenangannya seringkali kalah dengan tempramennya.
Sampai di depan ruang BK Zayyan gak menemukan anak itu lagi di sana, sepertinya mereka udah selesai berurusan pak Tio dan buk Susi.
"Mana Za?" tanya Yuda. Dia udah penasaran sama tu anak tapi malah gak ada di ruangan ini.
"Ya gue juga gak tau lah, lo pikir gue cenayang apa?" jawab Zayyan.
"Sabar napa Za, marah marah gitu nanti cepat tua lo!" Farrel menambahkan. Ni si Zayyan emosinya lagi gak stabil.
Zayyan gak menjawab apa apa lagi karena ia harus segera menemukan orang yang berantem pagi tadi, kalau nggak dia gak bakal punya kesempatan lain buat ngasih tu anak pelajaran.
Ia menyusuri ruang kelas dari kelas satu sampai kelas 3 tapi belum juga bisa menemukan anak itu, Farrel dan Yuda Pun sampe kelelahhan karena mengikuti Zayyan yang berjalan kesana kemari.
Dan yang lebih apesnya lagi, mereka berpapasan dengan Dhita di koridor!
"Zayyan!" panggil Dhita begitu melihat Zayyan berjalan di hadapannya.
Pas banget nih, dia emang lagi pengen ajak tu cowok bicara soal perkelahian pagi tadi. Gak payah nunggu pulang sekolah deh jadinya.
"Aduh!" Yuda menepuk bahunya.
"Apes banget sumpah!" Farrel menambahkan.
Bukan mereka takut ketemu sama Dhita, tapi mood Zayyan sedang gak bagus, jadi kalau mereka terlibat dalam perdebatan bisa heboh jadinya.
"Kenapa?" Zayyan menghentikan langkahnya, walaupun sedang terburu buru ia tetap berhenti saat Dhita memanggilnya.
"Mau kemana lo?" tanya Dhita penasaran, kan gak mungkin langsung nanyain sama siapa dia berantem pagi tadi.
Anjani dan Dina baru menyusul Dhita, dan mereka terkejut karena melihat Zayyan ada di sana.
"Zayyan ngapain?"
"Mumet kepala gue kalau liat mereka berdebat lagi!" Anjani menggaruk kesal kepalanya.
Gak bisa apa sehari aja gitu Zayyan sama Dhita gak ketemuan di sekolah.
Kalau mereka udah ketemuan gini 99% mereka berdua pasti akan berdebat sampai keduanya berpisah, dan sekarang mereka lagi di koridor sekolah, udah pasti bakal heboh kalau itu sempat terjadi.
"Ada urusan bentar gue, kalau ada perlu nanti aja ya! gue cabut dulu!" Zayyan gak punya banyak waktu, jadi ia hanya berhenti untuk singgah saja bukan untuk melayani obrolan dengan Dhita.
"Tunggu dulu!" Dhita mengambil langkah ke samping untuk menghentikan langkah Zayyan.
"Ada apa lagi sih Dhita, gue buru buru nih!" Zayyan menatap tajam cewek yang menghadang jalannya.
Kayaknya ni cewek gak bisa kalau gak berdebat sama dia sehari aja, dan anehnya kalau jumpa diluar sekolah malah gak berdebat. Pusing liatnya.
Mana dia lagi buru buru buat ketemu sama anak yang berantem itu lagi, kalau di hadang hadang ginni kapan ketemunya coba?
"Buru buru? buru buru mau kemana lo? mau berantem lagi?" menyilangkan tangannya di dada, Dhita bertanya dengan wajah serius.
"Siapa yang berantem sih? jangan aneh aneh ya!" Zayyan mencubit pangkal hidungnya, kenapa semua orang menganggapnya sebagai petarung hari ini?
"Gak usah bohong, lo berantem kan tadi pagi?" Farrel dan Yuda mendengar pertanyaan yang dilontarkan Dhita itu, dan keduanya langsung bertukar pandang sambil menggelengkan kepala.
Ternyata bukan mereka saja yang salah paham sama kabar perkelahian yang terjadi pagi tadi, Dhita juga! Tapi kenapa Dhita sampe nanya nanya gini ya?
"Udahlah--" Zayyan baru mau menjawab tapi Farrel tiba tiba masuk memotong perbincangan yang semakin hangat itu.
"Ets! bukan Zayyan yang berantem tadi pagi Ta! adik kelas kita!" mendekati keduanya, Farrel berusaha menjelaskan.
"Tau dari mana lo?" menegakkan wajahnya Dhita bertanya.
"Ya dari Zayyan!"
"Gimana kalau dia bohong?"
"Kalau gak percaya lo ikut gue sekarang, ni gue baru aja mau nemuin tu anak tapi lo hadang hadang!" Zayyan lagi gak mood, jadi ekspresinya kurang mengenakkan. Gak tengil kayak biasanya.
Biasanya walaupun terlibat dalam perdebatan dengan Dhita dia masih bisa berlagak sombong dengan wajah tengilnya, tapi hari ini semua itu gak terlihat.