Zi Yi merasa ucapan ayahnya tidak masuk akal lalu dia berkata dengan yakin, "Siapa bilang aku mau bekerja di perusahaan ayah? Nanti aku akan mengikuti ujian masuk Universitas Ibukota Di."
"Kamu?"
Tidak hanya Zi Xu yang merasa Zi Yi sedang berbicara omong kosong. Bahkan Li Peirong tidak tahan dan membujuknya, "Yiyi, jika kamu memiliki pemikiran yang seperti itu memang bagus. Tapi mau masuk Universitas Ibukota Di harus mendapatkan nilai lebih dari 700. Apa kamu merasa bisa mendapatkan nilai sebanyak itu dalam ujianmu?"
Sedangkan, Zi Lian tidak bisa menahan diri untuk tertawa. Tiba-tiba dia berkata kepada Zi Xu dan Li Peirong, "Paman Ketiga, Bibi Ketiga, pasti karena Dik Yiyi telah memenangkan uang semalam sehingga dia senang sampai kehilangan kesadarannya."
Begitu mendengar perkataan ini, Zi Xu mengerutkan keningnya kemudian bertanya dengan wajah suram, "Dari mana kamu mendapatkan uang?"
Zi Yi melihat sekilas Zi Lian yang terlihat bangga kemudian balik bertanya, "Pasang taruhan di arena balap mobil. Kakak yang mengajakku pergi dan dia yang meminjamkan uangnya… Apa semalam kakak tidak memberitahu kepada kalian setelah kami pulang?"
Zi Xu refleks menatap ke Zi Lian.
Zi Lian tidak terpikir jika Zi Yi akan melempar semua tanggung jawab padanya. Saat ditatap seperti itu oleh Zi Xu, dia merasa cemas hingga wajah dan telinganya memerah, "Paman Ketiga, aku…"
"Kakak, kamu ingin menyangkalnya?" Zi Yi menatapnya lalu berkata sambil tersenyum dingin, "Kamu yang meminjamkan uangnya kepadaku, dan kamu juga bilang kepadaku jika aku harus membagikan sedikit hasilnya kepadamu jika aku menang. Aku pun sudah membagikan uangnya kepadamu."
Zi Lian, "..." Padahal yang mengatakan ingin membagikan uang itu adalah Zi Yi yang bilang sendiri!
Zi Xu menatap Zi Lian dengan perasaan yang sedikit tidak senang. Meskipun putri sulungnya biasanya tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan, dan suka menghabiskan uang, tetapi dia tidak memberinya uang semalam. Zi Yi juga pasti tidak akan pergi sendiri ke arena balap mobil sehingga siapa lagi jika bukan Zi Lian yang mengajaknya pergi.
Saat melihat Zi Xu yang terlihat hendak menyalahkan Zi Lian, Li Peirong langsung maju untuk mendamaikan suasana, "Ah Xu, anak-anak juga tidak melakukan hal yang jahat. Lianlian juga melakukannya untuk menemani Yiyi. Kalau tidak kalah taruhan, kamu anggap mereka pergi bermain saja."
Di saat seperti ini, Zi Xu mana sempat untuk mempermasalahkan menang atau kalah taruhan. Mereka datang ke Ibukota Di dengan berwibawa, tapi besoknya pulang dengan menyedihkan. Dia hanya merasa kehilangan semua harga dirinya dia pun langsung memperingatkan Zi Yi dengan marah, "Ke depannya kamu tidak boleh pergi ke tempat-tempat buruk dan kacau seperti itu."
"Tempat buruk dan kacau?" Zi Yi menatap Zi Xu lalu bertanya, "Ayah merasa tempat balap mobil adalah tempat yang buruk dan kacau?"
Zi Xu tidak menyangka bahwa Zi Yi berani bertanya seperti itu padanya sehingga kekesalan yang ditahan di hatinya langsung meledak, "Memangnya tidak seperti itu? Lihatlah, selain seharian bermain mobil dan bersenang-senang di luar, apa yang kamu tahu? Kamu tidak bisa dibandingkan dengan adikmu. Akhirnya, kamu sedikit berguna tapi kamu malah menggagalkannya. Kamu membuatku kehilangan semua harga diri di Kota S."
Zi Yi sedikit menyipitkan matanya dan menatap Zi Xu dengan sepasang mata dinginnya, "Kamu menganggap aku apa? Alat untuk mengikat hubungan dengan orang yang memiliki derajat tinggi?"
Zi Xu sangat tidak menyukai tatapan putri sulungnya, hal ini membuat hatinya merasa takut tanpa sebab.
Namun, saat terpikir bagaimana orang-orang di Kota S akan membicarakan tentang dirinya di belakang membuatnya marah sampai kehilangan akal sehat, spontan dia mengangkat tangannya ingin memberi satu tamparan kepada Zi Yi.
Zi Yi mengetahui niat Zi Xu. Ketika tangan Zi Xu terangkat, Zi Yi menghindar ke samping lalu berkata sambil melihatnya, "Karena kamu begitu tidak menyukaiku, maka aku juga tidak perlu tinggal di sini lagi."
Setelah mengatakan ini, dia berbalik badan hendak berjalan menuju pintu.
Zi Xu melihat Zi Yi yang berjalan menuju pintu sambil berteriak dengan suara keras kepadanya, "Jika kamu berani berjalan keluar hari ini, ke depannya jangan pulang lagi."
Zi Yi berhenti melangkah lalu mengangguk-anggukkan kepalanya pada Zi Xu sambil berkata dengan wajah tenang, "Baik."
Setelah mengatakan ini, dia benar-benar pergi.
Di belakangnya, terdengar suara teriakan penuh amarah yang emosional dari Zi Xu serta suara barang yang hancur, dan juga suara Li Peirong yang membujuknya supaya jangan marah.
Zi Yi tersenyum dingin. Jika bukan karena mereka keluarga pemilik asli tubuh ini, dia sudah sejak lama dia pergi.
Sambil memikirkan hal ini, dia melangkahkan kakinya untuk berjalan masuk ke lift.