Setelah Zi Xu dan keluarganya pergi ke hotel, mereka meminta kamar presidensial.
Setelah selesai makan malam.
Karena khawatir Zi Yi akan merasa bosan tinggal di hotel dan diam-diam keluar untuk bermain, Zi Xu berkata padanya, "Kamu bisa belajar tata krama dengan Lianlian sehingga nanti tidak terjadi kesalahan ketika pergi ke kediaman keluarga He."
Bagaimana mungkin Zi Yi belajar tata krama lagi dengan Zi Lian. Dia merasa tidak terima sehingga dia berkata, "Aku akan main komputer dan tidak akan pergi ke mana-mana."
Zi Xu mengerutkan keningnya ingin mengomeli Zi Yi.
Namun, Li Peirong lebih cepat selangkah lalu berkata, "Ah Xu, jangan memberi tekanan terlalu besar kepada Yiyi. Selama dia tidak keluar, tidak masalah jika dia main komputer."
Saat teringat dengan hal-hal yang dilakukan Zi Yi di Kota S, Zi Xu tidak mengatakan apa-apa lagi.
Zi Yi kembali ke kamarnya.
Ada komputer di kamarnya, Zi Yi pun memeriksa rute dari sini ke Universitas Ibukota Di.
Masih ada waktu tiga hari lagi untuk ujian seleksi mandiri Universitas Ibukota Di, kartu bank yang dinonaktifkan oleh sekretaris karena perintah oleh Zi Xu sampai hari ini pun masih belum diaktifkan sampai sekarang.
Jika ingin keluar, dia harus punya uang.
Zi Yi meletakkan pipinya di tangannya sambil berkata dengan suara kecil, "Tampaknya aku harus menghasilkan uang."
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
Kemudian, Li Peirong membuka pintu lalu berjalan masuk ke dalam sambil membawa segelas susu.
"Yiyi, ibu menghangatkan segelas susu untukmu."
Saat berbicara, Li Peirong berjalan di belakang Zi Yi untuk meletakkan susu di samping Zi Yi lalu diam-diam melihat sekilas layar komputer di depannya.
Di layar adalah peta Ibukota Di. Li Peirong tersenyum tenang sambil berkata, "Nanti setelah kita bertemu dengan anggota keluarga He, ibu akan membawamu bermain di Ibukota Di selama dua hari."
Zi Yi memiringkan kepalanya dan menatapnya sekilas. Dia tidak menanggapi lalu menarik kembali tatapannya kemudian melanjutkan bermain komputer. Tetapi kali ini yang ia lihat adalah tutorial tentang cara menjadi seorang wanita sopan yang ramah tamah dan berbudi luhur.
Saat melihat Zi Yi membaca ini, Li Peirong berkata dengan ekspresi wajah senang dan tenang, "Yiyi kamu sudah tumbuh dewasa… Kalau begitu, bacalah dengan perlahan-lahan. Ibu tidak akan mengganggumu."
Zi Yi merespon dengan datar.
Saat melihat Zi Yi yang tiba-tiba menjadi asing dengannya, Li Peirong sedikit mengernyitkan alisnya lalu berbalik dan berjalan keluar dari kamar. Begitu menutup pintunya, wajahnya langsung menjadi suram.
Ketika Li Peirong menutup pintunya, Zi Yi menolehkan kepalanya untuk melihat sekilas ke arah pintu dan sudut bibirnya sedikit melengkung.
Tidak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk lagi.
Zi Yi berjalan ke sana untuk membuka pintunya dia langsung melihat Zi Lian berdiri di luar pintu dengan ekspresi yang menunjukkan perhatian.
"Dik Yiyi, apa yang kamu lakukan sendirian di kamar? Apa kamu bermain game lagi?"
Zi Yi meletakkan punggungnya di kusen pintu, melipat tangannya, lalu berbalik bertanya tanpa menjawab, "Ada urusan apa?"
"Aku khawatir kamu akan bosan kalau sendirian sehingga datang menemanimu."
Zi Yi melihatnya sekilas lalu berbalik badan untuk berjalan menuju kamar.
Zi Lian refleks mengikutinya hal pertama yang dia lakukan setelah masuk adalah melihat layar komputer Zi Yi.
Kemudian, dia berkata dengan tenang, "Dik Yiyi, bukankah kamu suka balap mobil? Aku sudah mencari tahu bahwa ada kompetisi balap mobil yang profesional di Ibukota Di, yang akan diadakan besok. Apa kamu mau pergi melihatnya?"
Baru saja ingin duduk, Zi Yi menatap Zi Lian setelah mendengarnya berkata seperti itu.
Hati Zi Lian merasa senang kemudian berkata, "Aku dengar balap mobil di Ibukota Di adalah kompetisi profesional dan sangat luar biasa. Apalagi, nanti masih bisa ikut taruhan… Aku tahu kamu tidak kekurangan uang, tapi cobalah kamu pikir, bukankah bertaruh setelah menyukai seorang pembalap mobil itu sangat seru?"
Zi Yi suka hal yang seru, terutama soal balap mobil. Anggota keluarga Zi mengetahui, saat Zi Yi menghambur-hamburkan uangnya untuk balap mobil tanpa berpikir panjang.
Zi Lian merasa kompetisi ini mungkin adalah permainan yang dimainkan oleh kalangan kelas atas di Ibukota Di. Jika dia berhasil membujuk Zi Yi pergi menonton balap mobil, maka Zi Yi akan mengeluarkan uang dalam jumlah banyak, kemudian berita ini akan tersebar, sehingga Zi Yi akan mendapatkan reputasi sebagai seorang anak yang suka menghambur-hamburkan uang.
Saat melihat ekspresi gembira Zi Lian yang tidak bisa disembunyikan itu, Zi Yi mengedipkan matanya lalu berkata dengan tidak senang, "Ayah menonaktifkan kartu bankku sehingga aku tidak punya uang. Kamu mau suruh aku melihat apa?"