Chereads / LOVE PHOBIA: Jatuh Dalam Pelukan Supermodel Yang Menggemaskan / Chapter 11 - MINGGAT KEMUDIAN DIANGGAP PENCURI

Chapter 11 - MINGGAT KEMUDIAN DIANGGAP PENCURI

"Aku hanya-" belum sempat Aiden menyediakan penjelasannya, Amelia pun langsung menunduk sembari mengatakan apa saja yang ada di dalam pikirannya.

"Kau pikir kau siapa? Kenapa kau mencampuri urusan orang lain begitu saja?" Dari menunduk, tiba-tiba saja dia pun tertawa. "Oh, aku tahu! Mentang-mentang kau menganggap dirimu orang yang berkuasa, maka dari itu kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan seenaknya? Iya? Kau ... Orang sepertimu yang hidup dengan bergelimangan harta dan juga tak memiliki kehidupan yang buruk pasti sangat bahagia, yah! Kau benar-benar menjijikan, Aiden."

Deg!

Sorot mata Aiden tiba-tiba saja menggelap, setelah mendengarkan apa yang baru saja Amelia katakan padanya.

"Apa yang kau katakan? Ck!" Pria itu pun membaca kesal sambil melonggarkan dasinya. "Kau sama sekali tidak mengetahui apa yang baru saja kau katakan, bukan? Siapa dirimu sehingga kau seakan-akan mengetahui seluruh kehidupanku? Hah!? Kau ... Disini ..." Aiden menunjuk ke arah lantai yang serang dia pijaki. "Sama sekali bukan siapa-siapa selain wanita yang bertukar keuntungan denganku. Kau ... Haha, tak lebih dari wanita yang telah kubeli dengan uang. Bukankah begitu?"

PLAK!

Satu tamparan pun langsung Amelia daratkan pada pipi kanan Aiden, yang sontak membuat pria itu pun tersadar terhadap apa yang baru saja ia katakan pada wanita yang saat itu sudah tak bisa lagi menahan air matanya.

"Brengsek kau!"

Setelah mengatakan hal itu, Amelia pun langsung pergi begitu saja meninggalkan sisi Aiden.

Aiden pun melihat pantulan dirinya pada lemari kaca yang ada di hadapannya.

Terlihat sosok pria yang tengah menyesal, sambil berdarah di hidungnya.

"Clk! Bodoh!" Sekali lagi, Aiden yang sama sekali tak tahu apa yang harus ia lakukan ketika ia berbicara dengan seorang wanita, mulai mengatakan apa saja yang ada di kepalanya itu pada. Pada akhirnya, Amelia pun pergi.

Padahal, sejak kedatangan wanita itu di dalam kehidupannya, dia merasa seperti ada perubahan di dalam dirinya yang sama sekali tak bisa ia jelaskan begitu saja.

"Shit!" Aiden kemudian terduduk di sana, sambil memikirkan hal dari masa lalunya. Hal yang sampai sekarang, belum bisa ia lupakan bahkan sedikitpun. Hal yang mengubah hatinya menjadi batu untuk para wanita, dan menjadi satu-satunya alasan dia mendapatkan penyakit fobia cinta itu.

***

Sementara itu, di sisi lain, Amelia terlihat sedang mengemas pakaian yang baru saja ia pindahkan dari apartemennya ke tempat Aiden.

Krasak! Krusuk!

"Bodoh kau Amelia! Bisa-bisanya kau percaya kepada pria itu. Bodoh! Orang kaya itu dimana saja semuanya sama. Tidak ada satupun dari mereka yang bisa menghargai orang lain dengan benar. Aku benar-benar sudah tidak tahan lagi!"

Amelia memasukkan baju-baju yang ada di dalam lemari ke dalam kopernya secara sembarangan.

Wanita itu sudah tak peduli lagi dengan janji yang telah ia sepakati dengan Aiden sebelumnya. Yang ada di dalam pikirannya saat itu adalah, menjauh sejauh-jauhnya dan keluar dari kehidupan Tuan muda sombong itu.

"Nah selesai! Pokoknya aku bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kakiku lagi di rumah ini! Makan ini! Makan!" Amelia menginjak berkali-kali lantai di kamarnya, yang dianggap sebagai ganti dari wajah Aiden yang takkan pernah bisa ia injak secara langsung.

"Huf, Huf, Huf!"

Amelia pun langsung pergi meninggalkan tempat itu. Namun, ketika ia baru saja hendak keluar dan menuruni tangga dari lantai 2 kamarnya, ia pun bertemu dengan John.

"Eh, eh. Mau kemana Nona?" John menahan tangan Amelia, karena ketika dia melihat raut wajah Amelia saat itu terlihat sangat berbeda. "Ada apa ini? Apakah Nona bertengkar dengan Tuan?" tanyanya. Padahal John baru saja merasa bahwa sebentar lagi gunung es dalam hati sahabatnya—Aiden akan segera mencair. Namun nyatanya? Hmmm.

Dengan tangan yang saat itu terus mengusap air mata yang tumpah, Amelia pun hanya berkata singkat. "Hic, hic, apapun yang terjadi ... Aku bersumpah aku tidak akan pernah kembali lagi ke tempat ini! Paham? Katakan pada bosmu yang kurang ajar itu, bahwa jangan harap dia bisa sembuh dari penyakitnya itu. Karena sebenarnya yang membuat dia tidak bisa merasakan cinta dari seorang wanita adalah hatinya yang bagaikan gunung es serta perangainya yang kasar. Bahkan seorang wanita jelek saja tidak akan pernah mau jika dipertemukan dengan pria seperti dia. Paham? Katakan padanya yah! KA-TA-KAN! Bye!"

Amelia pun melangkah pergi, namun tiba-tiba, dia pun kembali lagi dengan tangannya yang menunjuk ke arah John. "Katakan lagi padanya, bahwa modal tampang dan kaya saja, tidak akan pernah bisa mendatangkan wanita yang tulus padanya. KA-TA-KAN!"

"S-sudah ... Selesai?" John menyempitkan kelopak matanya, sambil menjaga-jaga siapa tahu saja Amelia akan mengamuk lagi di hadapannya.

"Huh, huh, huh! Sudah! Oke bye!"

Setelah selesai mengumpat sekali lagi, Amelia pun langsung pergi meninggalkan tempat tinggal Aiden dengan terburu-buru. Wanita itu benar-benar berjanji di dalam hatinya, bahwa dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya lagi ataupun bertemu dengan pria sombong yang hanya bisa mengandalkan tampang dan juga hartanya saja.

Sementara itu ketika Amelia telah pergi dan naik taksi, barulah Aiden turun dari lantai dua karena mendengar umpatannya yang nyaring pada Aiden.

"A-apa yang baru saja dikatakan wanita itu? H-hanya modal tampang? Bahkan wanita jelek sama sekali tak ingin berurusan denganku? D-dia sudah gila? John ... Aku rasa wanita itu memang benar-benar sudah gila! Aggrhh!"

John hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengarkan gerutu Aiden. "Benar-benar, sepertinya mereka berdua benar-benar pasangan yang sangat serasi," gumamnya, dengan suara yang bisa didengarkan samar-samar oleh Aiden.

"Apa yang kau katakan?" Aiden menyela, berusaha untuk memperjelas apa yang bersajak dikatakan oleh sahabatnya itu.

"T-tidak! Haha, tidak. K-kalau begitu ... Ayo kita masuk!"

***

Sementara itu di sisi Amelia, wanita itu terus saja menggerutu dari sejak dia menginjakkan kakinya di atas taksi sampai dia turun dan tiba di apartemen lamanya. Hingga pada akhirnya, dia pun tiba di apartemennya, dan langsung disambut oleh Katy dengan bingung.

Pip. Pip. Pip. Pip.

Katy yang saat itu sedang merapikan apartemen, mendengarkan suara orang menekan tombol sandi apartemen itu.

Katy pun segera angkat sapu yang saat itu sedang ia pegang, mengarahkannya pada orang yang akan keluar dari pintu itu.

"Kurang ajar! Jika memang benar ada pencuri di sini, aku akan menghajarnya hingga babak belur," gumam wanita itu, dengan kuda-kuda lengkap yang ia persiapkan untuk memukul siapapun yang keluar dari sana.

Krieet!

"Hiyaaaaaat!"

Bak! Buk!

Bak! Buk!

Amelia pun dipukuli tanpa ampun saat itu.

"Hey, Katy! Ini aku, Amelia!" Mendengar suara sahabatnya yang berteriak kesakitan, wanita itu pun sontak menghentikan pukulannya dan memeriksa.

"Oh astaga! A-Amelia? Oh god! AMELIA?" Katy cepat-cepat melempar sapu yang saat itu sedang ia pegang ke lantai, dan langsung memeluk Amelia yang sudah dia pukuli itu.

"Huwaaaa! Jahat kau! Kau adalah teman yang paling terjahat di seluruh dunia, Katy! Padahal aku baru saja tiba di sini, akan tetapi kau memukuliku seperti pencuri! Huwaaaa!"

"Oh astaga! Sial! Wanita ini kalau sudah menangis dia pasti akan susah untuk berhenti." Batinnya.

Katy pun berusaha untuk mendiamkan sahabatnya itu dengan mengelus-ngelus bahunya. "A-Amelia, k-kenapa kau datang dari sana? P-padahal kau kan baru saja pergi ke rumah Tuan Aiden. Apakah ... Kau tak tinggal dengan nyaman di sana?"

Mendengarkan pertanyaan Katy, sontak Amelia pun berhenti menangis dan langsung menampilkan wajah yang kesal.

"Pria brengsek! Aku tidak akan pernah ingin melihat wajahnya yang jelek itu lagi!"

"Hah!? Je-jelek?"