Chapter 15 - AMUKAN GADIS BAR-BAR

'Nasib orang tidak ada yang pernah tahu'

Mungkin, itu adalah ungkapan terbaik bagi Amelia yang saat itu sedang memasuki kandang serigala bersama dengan pria-pria hidung belang yang menginginkannya.

Tok. Tok. Tok.

Amelia mengantuk pintu terlebih dahulu, yang kemudian langsung dibuka oleh wanita yang saat itu sedang menjaga di dalam sana.

Wanita itu terlihat 11 12 dengan wanita penghibur, apalagi dengan pakaiannya yang mini dan juga seksi.

Amelia menatap wanita itu dan sekeliling dengan seksama beberapa saat, kemudian mulai membuka pembicaraan pada Jade.

"Umm, Tuan. Saya sudah tiba," ujar wanita cantik itu sambil berdiri di balik pintu.

Krieet!

Ceklek!

Terdengar suara pintu yang menutup dengan perlahan setelah Amelia masuk ke dalam ruangan itu dengan sempurna.

Amelia sama sekali belum menyadari bahwa telah terjadi sesuatu yang aneh di dalam sana. Apalagi tingkat kepercayaannya pada Jade—pria yang telah menjanjikan bahwa dirinya pasti akan mendapatkan sponsor malam itu benar-benar sangat tinggi.

Terkadang, Amelia memang tak bisa membaca situasi karena dirinya yang terlalu polos dan juga lugu.

"Oh, Amelia Casey. Apa kabar? Senang sekali bisa melihat dirimu di sini. Aku pikir ... Malam ini kau tidak bisa menghadiri pesta ini," ujar pria itu—Jade, yang seakan-akan dia sangat menanti kehadiran Amelia bahkan dia sambil tertawa dengan perasaan yang lega pada dirinya.

Amelia pun tersenyum kegirangan. Wanita itu sama sekali tidak mengetahui bahwa dia sebentar lagi akan menjadi santapan pria hidung belang yang kaya raya itu.

"Oh, s-saya ... Saya datang bersama dengan Manager saya. Saya pikir, banyak menghadiri acara seperti ini untuk mencari koneksi dan juga kerjasama lebih banyak lagi kedepannya."

"Bagus, bagus! Saya sangat suka pemikiranmu, Amelia." Jade sontak memutar bola matanya itu seakan ia sedang memberikan isyarat kepada para sponsor-sponsor kaya yang saat itu sedang menatap Amelia dengan penuh gairah.

"Amelia, duduklah disini!" Kata salah satu dari pria tua yang mendapatkan kesempatan untuk memiliki Amelia, setelah dia lelang tadi.

Amelia terlihat cukup ragu untuk duduk di sana apalagi, pria itu seakan-akan menyuruh Amelia untuk duduk tepat di sampingnya.

"Oh, a-a-aku ... Aku-"

"Tunggu apa lagi Amelia? Kau harus berbicara dengan Pak Zack. Ini adalah sponsor para model-model ternama yang selalu saja go internasional." Jade kemudian melangkahkan kakinya mendekati Amelia sambil berbisik dengan suara lirih pada telinganya. "Sangat jarang dia ingin menghadiri pesta seperti ini. Kau harus mengambil kesempatan untuk mendapatkan perhatian darinya," sarannya.

Amelia kemudian mengangguk pada saat yang sama. Sebenarnya dia sama sekali masih tidak ingin untuk pergi ke sana dan duduk di samping pria tua itu, akan tetapi dosen sekali tak memiliki pilihan lain dan langsung saja mengikuti arahan dari Jade, kemudian duduk di samping pria itu akan tetapi tak tepat persis di samping tubuhnya.

"Loh?" Pria tua itu terlihat sedikit kecewa dengan reaksi Amelia yang tak duduk persis di samping tubuhnya. "Kenapa kau duduk jauh-jauh begitu, Amelia? Duduklah di sini!" Pria itu pun langsung menarik tangan Amelia begitu saja, sehingga wanita cantik itu langsung jatuh di atas pangkuannya.

"O-Om ... Saya sama sekali tidak-"

"Ada apa? Apakah kau merasa keberatan? Tidak, kan? Sebentar lagi ... Pasti namamu akan langsung mendapatkan promosi dari agensiku. Paham?" Pria itu mulai berusaha untuk menandatanganya itu pada tangan Amelia, kemudian mulai menjalar dan mengelus-elus bahunya secara perlahan.

Amelia benar-benar merasa risih dengan sentuhan dari pria tua bangka itu. Dengan perlahan, Amelia pun berusaha untuk melepaskan dirinya dan menjauh dari pria itu.

"O-Om, saya tidak bisa. Saya ..."

"Ada apa? Kenapa kau seperti malu-malu begitu? Ayolah, kau sama sekali tidak berharap untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara instan, bukan?"

Deg!

Mendengarkan apa yang baru saja dikatakan oleh pria tua bangka yang saat itu sedang berada di sampingnya, Amelia pun langsung tersentak dan membelalakkan matanya kepada pria tua bangka itu.

"A-apa? Om bilang apa? Saya kenapa?" Amelia melototkan matanya pada pria itu, sambil menahan amarahnya yang perlahan mulai meluap di dalam hatinya.

"Eits, jangan panggil aku Om, Amelia. Panggil saja Mas! Hmm? Bagaimana?"

Amelia pun tersenyum tipis. Dia sudah bertemu dengan pria seperti itu berkali-kali dalam hidupnya. Tentu saja dia sudah sangat paham dengan reaksi itu.

"Mas?! Pfft! Hahahaha! Hahahahaha! Apa, Mas?" Amelia mengakak ria saat itu. Dia tidak pernah menyangka bahwa pria tua bangka yang benar-benar jelek dan juga botak, gendut itu, akan menyuruh dirinya untuk memanggil Mas padanya. "Mas, yah?"

Pria itu mengangguk sambil melanjutkan mengelus-ngelus bahu Amelia dengan lembut. Amelia yang sudah tidak tahan lagi dengan itu langsung menangkap tangannya.

"Ada apa Amelia? Pakah kau akan-" baru saja pria itu ingin menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja Amelia sudah mau melintir tangannya sehingga tulang-tulang kecil pada tangannya yang gemuk akibat lemak itu serasa akan patah. "Aaaaaggrhhh! A-ada apa ini? Sialan!" Pria itu berteriak histeris merasakan tangannya seakan-akan akan patah pada saat itu juga.

Amelia sama sekali tak mau tahu. Wanita cantik yang sudah bosan diperlakukan seperti wanita murahan itu, sontak langsung berdiri dan merobek gaunnya, sehingga dia pun bisa menggerakkan kakinya dengan mudah.

"Brengsek!" Amelia masih dalam posisi memelintir tangan pria tua bangka itu, kemudian dia pun mau melototkan matanya sambil menunjuk pria itu dengan telunjuk kirinya. "Hey! Om jelek! Kau jangan kurang ajar padaku! Kau pikir, dengan statusmu yang kaya raya kemudian memiliki koneksi dengan berbagai perusahaan besar, kau bisa membeli diriku dengan uang? Cih!" Wanita itu tersenyum tipis pada pria yang hampir saja menangis dan kencing di celana karena menahan rasa sakit di tangannya. "Wajahmu itu 11-12 dengan sapi ... Tidak, bukan sapi. Badak! kau tahu badak bercula yang ada di kebun binatang? Ya, itu kau! Jangan pernah kau gunakan lagi tangan kotormu itu untuk menyentuhku! Paham?"

"K-kurang ajar!" Pria itu berteriak histeris.

Sementara itu pada saat yang sama, Jade benar-benar malu dan berusaha untuk menghentikan Amelia karena pria tua bangka yang baru saja ia pelintir dengan kekerasan itu, adalah salah satu dari pemegang saham tertinggi di perusahaan swasta dalam negeri.

"A-Amelia? Apa yang sedang kau lakukan? Kau sama sekali tidak akan pernah mendapatkan sponsor kalau kau bertindak seperti ini!"

Amelia pun langsung berbalik sambil menatap Jade dengan tatapan yang mematikan. "Brengsek kau! Kau mau menawarkan pekerjaan seperti ini padaku? Lebih baik aku makan somay setiap hari daripada harus bekerja sebagai wanita yang tidak benar seperti ini. Paham?" Serunya.

Pada saat yang sama, ternyata Aiden juga berada di balik pintu dan sudah melihat segala yang telah terjadi.

Pria itu tersenyum dengan perasaan yang benar-benar aneh di dalam hatinya. "Wanita ini sungguh bar-bar. Aku suka!" Gumamnya, yang bisa didengarkan oleh Bella dengan jelas.