Kamilia terkejut dengan pernyataan Tante Melly. Dia tak menyangka kalau Calista ternyata sudah melakukan operasi plastik. Itu berarti ….
"Apakah Tante tahu wajahnya dia yang sekarang?" tanya Kamilia penasaran.
"Tante pernah dikirim foto saat dia bersama pacarnya," ujar Tante Melly. Dengan cepat dia gulirkan HP-nya. Terlihat di layar seorang laki-laki bersama seorang wanita. Namun, rambut wanita tersebut menghalangi wajahnya.
Kamilia melongoknya. Kembali didapatinya sebuah kejutan. Lelaki itu adalah Bagas. Ternyata benar, Calista itu adalah orang yang dia kenal. Ah … sempit sekali dunia ini.
"Mengapa tiba-tiba kamu kangen Calista, Mila? Bukankah kalian saling tidak menyukai?" goda Tante Melly.
"Gak ada apa-apa, Tante. Aku hanya heran dia tak ada di sini," jawab Kamilia.
"Kirain kangen, hihihi." Tante Melly terkikik geli.
"Ayo kita ke Mall, Tante. Hari ini aku ingin mengajak Tante makan suki," ajak Kamilia.
"Masih ingat saja makanan kesukaan Tante, Mila." Tante Melly senang sekali. Dengan antusias dia naik mobil Kamilia.
Diam-diam Tante Melly memperhatikan Kamilia. Sesungguhnya wanita itu kagum dengan mantan anak buahnya. Cepat sekali Kamilia bertransformasi. Wajahnya begitu cantik dengan riasan yang sempurna.
"Aku menjadi
model, Tante," kata Kamilia tiba-tiba. Dia merasa kalau Tante Melly memperhatikan penampilannya.
"Wow, hebat sekali!" Setengah menjerit Tante Melly berteriak. Senang sekali dia mendengar berita ini.
"Menjadi model tidak mengubah statusku, Tante. Aku tetap saja jadi sampah," kata Kamilia murung.
"Ooh, so sad … sini peluk." Tante Melly merangkul pundak Kamilia yang sedang menyetir.
"Tidak apa-apa, aku kuat kan?" Kamilia seperti hendak meyakinkan dirinya sendiri. Dia adalah seorang yang kuat dan tegar.
Tante Melly termangu. Teringat kembali betapa dulu, setiap hari Kamilia menangis. Dirinya tidak pernah rela menjalani profesi sebagai penjaja cinta satu malam. Tante Melly tahu hati Kamilia hancur saat pelanggan-pelanggannya mengoyak-ngoyak harga dirinya. Lepas dari mulut singa, dikoyak oleh serigala.Tidak sedikit pelanggan yang melemparkan uang imbalan ke tubuhnya.
Ada rasa sesal di hati Tante Melly. Namun, hatinya kembali menyangkal. Sesungguhnya dirinya adalah penolong Kamilia. Seperti memasuki lorong-lorong yang tak berujung. Tante Melly bingung sendiri menyimpulkan. Dulu, dirinya menolong atau menjerumuskan Kamilia.
Tante Melly kembali mengamati wajah lembut di depannya. Namun, dia tahu ada ada setitik dendam dalam hatinya. Bisa berubah kapan saja menjadi air bah. Sanggup menghancurkan apa saja yang mengusiknya.
*****
Seorang wanita tengah mengagumi wajahnya yang cantik dalam cermin. Buah karya dari dr.Chayan asal Thailand. Setahun yang lalu ia pergi ke Bangkok untuk mengubah wajahnya. Ia kembali ke tanah air dengan kecantikan yang sempurna.
Pipinya, bibirnya dengan ajaib telah berubah. Dagunya kini lancip bagaikan lebah bergantung. Semua laki-laki pasti tertarik melihatnya … pasti.
"Kamilia, Calista kini sudah berubah," gumamnya. Entah mengapa wanita itu --Calista selalu merasa, kalau Kamilia adalah halangan yang harus disingkirkan. "Dari dulu aku selalu menginginkan Hendra, dan pemenangnya adalah kau!"
"Aww!" Perempuan itu berteriak kaget. Dering telepon seluler memutuskan lamunannya. "Bagas, mau apa lagi dia?" Calista menolak panggilan dari laki-laki itu.
Tidak putus asa Bagas mengiriminya pesan. Rupanya laki-laki itu seseorang yang pantang menyerah.
"Calista, aku ingin bertemu." Isi pesan dari Bagas.
"Tidak!" Calista membalasnya.
Calista tidak menggubris laki-laki itu. Baginya Bagas sudah tidak menarik lagi. Ada seseorang yang bisa memberinya lebih. Terpenting satu hal, dia ingin melakukan sedikit permainan dengan dendam.
"Levelmu terlalu rendah untuk aku pertahankan, Bagas," desis Calista jemawa.
Calista membiarkan HP itu tetap berdering. Wanita itu lebih senang mengumbar lamunannya sambil mengamati wajahnya. Dia tersenyum licik. Sekali lagi wajah Kamilia terbayang.
Calista merobek sebuah majalah dewasa yang kemarin dibelinya. Wajah yang dibencinya justru menghiasi sampulnya. Dia kalah lagi selangkah olehnya. Kamilia menang lagi.
"Engkau boleh menjadi pemenangnya kini. Tunggulah sebentar lagi, aku punya sejuta siasat untuk mengalahkanmu!" teriaknya. Seperti orang gila dia mengamuk. Dilemparkannya botol-botol kosmetik ke kasur. Rupanya dia masih memikirkan harganya, sayang kalau pecah.
Wanita itu sangat membenci Kamilia, padahal Kamilia tidak pernah menganggapnya musuh. Apalagi kini mereka tidak pernah bertemu lagi. Akar-akar hitam kebencian sudah merusak otak Calista. Dihatinya sudah tertanam tekad kuat untuk menghancurkan Kamilia.
"Dengarkan aku wanita kampungan! Di penghujung rasa sakitku, aku akan menjadikanmu sebagai pelacur jalanan!" Calista kembali berteriak.
Calista mengobarkan dendam di dalam hatinya. Seolah-olah dirinya terdzalimi oleh Kamilia. Seandainya Kamilia tahu, tentu dirinya akan ditertawakan. Kesumatnya membutakan hatinya sendiri.
Teleponnya kembali berdering. Wajah yang dinantikan kini memanggilnya. Senyum sumringah tercetak di bibirnya kini. Lelaki pujaannya mengajaknya makan malam di sebuah Mall. Dengan cepat dia pun menyetujuinya.
"Mirror mirror on the wall, who is the fairest of them all?" bisiknya sambil bercermin.
Dia merasa bagai the Evil Queen dalam kisah Snow White. Calista menunggu jawabannya sambil mengukir alis. Tak sabar rasanya menunggu bel rumahnya berdentang.
"I'm the fairest of them all." Akhirnya dia menjawab sendiri sambil menunjuk cermin. Tertawa puas dengan mimiknya yang culas.
*****
Kamilia memarkir mobilnya dengan hati-hati. Dengan cepat mereka memasuki sebuah restoran dengan menu suki terlezat. Setelah memesan menu, Kamilia dan Tante Melly bertukar cerita.
"Sekarang susah dapat tamu yang royal, Mila," kata Tante Melly.
"Kenapa, Tante?"
"Entahlah, sepi saja. Mereka para pengusaha muda lebih suka anak-anak sekolah. Menjadikannya baby sugar. Lebih fresh dan manja. Mereka juga tidak terlalu banyak tuntutan," jelas Tante Melly.
"Tuntutan?" Kening Kamilia tertaut. Wanita itu menuntut penjelasan yang lebih rinci.
"Status, Mila. Wanita yang lebih dewasa inginkan sebuah kepastian. Walau hanya sebatas nikah siri."
Kamilia seperti tertampar. Walaupun dirinya menyadari hanya sebagai parasit untuk Hendra. Tentu saja tidak dibutuhkan cinta untuk itu. Hati kecilnya kini mulai inginkan lebih.
Tante Melly mulai memasukkan bahan ke dalam kuah panas di depan mereka. Jamur enoki, shrimp ball, sawi putih, stick of crab dan teman-temannya, kini mereka berenang cantik.
"Ayo, Mila! Serbu!" gurau Tante Melly.
"Mari Tante." Kamilia tertawa kecil.
Tante Melly dan Kamilia menyantap makanan itu dengan lahap. Menyegarkan dengan saus cabai merah. Mereka makan sambil sesekali tertawa. Melepaskan rindu sebagai teman lama.
"Aku maunya duduk di pojokan, Mas."
Satu suara manja menyentuh gendang telinga Kamilia. Refleks Kamilia menghentikan suapannya. Hanya perlu beberapa detik untuk memindai wajah itu ke otaknya.
"Calista," desisnya.
"Siapa, Mila?" tanya Tante Melly.
Leher Tante Melly ikut berputar ke samping. Memperhatikan apa yang menjadi perhatian Kamilia. Dia melihat seorang wanita cantik, menggandeng seorang pria yang membelakanginya.
"Tidak ada apa-apa," jawab Kamilia berbohong. Beruntung, Tante Melly tidak mengenali wanita tersebut. Hebat sekali, dokter yang sudah mengubah wajah wanita tersebut.
Bukan itu yang membuat syaraf-syaraf di sekujur badan Kamilia menegang. Lelaki itu memakai baju yang sama. Baju yang disediakan Kamilia tadi pagi.