"Saya perlu tahu, apa yang harus dilakukan dengan surat wasiat Anda, Miss Streep," kataku. "Dan sebelum bisa menyusun konsepnya dengan benar, saya perlu tahu sedikit tentang uang itu." la melontarkan pandang ke sekeliling, seolah-olah setiap orang sedang mendengarkan. Sebenarnya hampir semua orang malang ini tidak akan bisa mendengar kami, walau apabila kami saling berteriak. la menunduk rendah dengan tangan menutupi mulut. "Tak sepeser pun diinvestasikan di real estate, oke? Pasar modal, dana mutual, obligasi."
Aku terperanjat mendengarnya memberondongkan macam-macam bentuk investasi ini dengan begitu lancar. Uang itu pasti benar-benar ada.
"Siapa yang menangani?" tanyaku. Pertanyaan yang tidak perlu. Tak ada pengaruh apa pun pada surat wasiat atau harta tersebut, siapa yang mengelola uangnya. Perasaan ingin tahu itu menggerogotiku.
"Sebuah firma di Savannah."
"Firma hukum?" aku bertanya ngeri.
"Oh, tidak. Aku tidak akan mempercayakannya pada pengacara. Sebuah perseroan pengawas harta. Semua uang itu ada dalam perwalian. Aku mendapatkan penghasilan sampai mati, lalu aku akan membagikan nya. Begitulah hakim mengaturnya."
"Berapa besar pendapatannya?" Aku sama sekali lepas kendali.
"Ah, itu sebenarnya bukan urusanmu, bukan, Edward?"
Memang bukan. Tanganku mendapat tepukan, tapi sesuai tradisi hukum Yang paling indah, aku mencoba menutupi kekeliruan itu. "Ah, itu bisa penting, Anda tahu? Untuk urusan pajak."
"Aku tidak memintamu mengurus pajakku, bukan? Untuk itu aku sudah punya akuntan. Aku cuma memintamu mengubah surat wasiatku, tapi... aduh, rupanya hal itu membuatmu sangat sibuk."
Neely berjalan ke ujung seberang meja dan menyeringai pada kami. Hampir semua giginya sudah tanggal. Miss Streep dengan sopan menyuruhnya pergi bermain Parcheesi sebentar. Ia sungguh luar biasa baik dan lembut kepada orang-orang ini.
"Akan saya siapkan surat wasiat itu menurut ke inginan Anda, Miss Streep," kataku tegas. "Tapi Anda harus mengambil keputusan."
la duduk tegak, mengembuskan napas dengan dramatis, dan merapatkan gigi palsunya. "Coba aku pikir-pikir dulu."
"Baiklah. Tapi ingat, ada beberapa hal dalam surat wasiat Anda sekarang yang tidak Anda sukai. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Anda..."
"Aku tahu, aku tahu," ia memotong, tangannya ke mana-mana. "Jangan menguliahi aku. Dua puluh tahun terakhir ini aku sudah membuat dua puluh surat wasiat. Aku tahu semuanya."
Neely sedang menangis di samping dapur, dan ia berlari untuk menghiburnya. Bolie menyelesaikan konsultasinya. Klien terakhirnya adalah laki-laki tua Yang begitu lama bicara dengannya pada kunjungan pertama kami. Jelas orang ini tidak terlalu senang dengan nasihat Bolie mengenai urusannya, dan aku mendengar Bolie berkata ketika berusaha untuk menyingkir, "Dengar, ini cuma-cuma. Apa harapkan?"
Kami berpamitan dengan Miss Streep, dan cepatcepat keluar. Masalah Hukum Kaum Manula sekarang sudah jadi sejarah. Dalam beberapa hari, kuliah kami akan berakhir.
Sesudah tiga tahun membenci sekolah hukum, kami mendadak akan dibebaskan. Aku pernah mendengar seorang pengacara mengatakan bahwa butuh beberapa tahun sebelum kesengsaraan dan penderitaan dari sekolah hukum itu pudar, dan seperti halnya kebanyakan kejadian dalam hidup, tinggal kenangan indah yang tersisa. Ia terlihat sangat melankolis ketika mengenang kembali hari-hari kejayaan selama pendidikan hukumnya.
Aku tak bisa mengukur, kapan saatnya aku melihat kembali tiga tahun terakhir ini dan mengatakan bahwa betapapun masa-masa itu menyenpngkan. Mungkin suatu hari kelak aku bisa mengumpulkan beberapa kenangan kecil yang indah bersama teman-teman—berkumpul dengan Bolie, menjaga bar di Yugo's, hal-hal dan peristiwa lain yang sekarang tidak aku sadari. Dan aku yakin aku dan Bolie akan tertawa mengenang para manula di Lincoln Gardens ini, serta kepercayaan yang mereka berikan pada kami.
Mungkin suatu hari nanti itu akan lucu. Aku usul agar kami minum bir di Yugo's. Aku yang mentraktir. Saat itu pukul dua dan hujan sedang turun, saat yang tepat untuk duduk berimpitan di depan meja, bersantai melewatkan sore. Barangkali ini kesempatan terakhir kami.
Bolie sebenarnya ingin ikut, tapi ia ditunggu di kantornya satu jam lagi. Jose Matthew menugas kannya membuat brief yang harus dimasukkan ke pengadilan pada hari Senin. la akan melewatkan akhir pekan di perpustakaan. Jose Matthew bekerja tujuh hari seminggu. Biro hukumnya memelopori banyak perkara hak sipil di Southaven, dan kini ia menuai hasil besar. Di sana ada 22 pengacara, semuanya kulit hitam, setengahnya adalah perempuan, semuanya berusaha mengikuti jadwal kerja brutal yang dituntut Jose Matthew. Para sekretaris bekerja dalam shift, sehingga sedikitnya selalu ada tiga sekretaris tersedia, 24 jam sehari. Bolie mengidolakan Jose Matthew, dan aku tahu bahwa dalam beberapa minggu lagi ia pun akan bekerja pada hari Minggu.
***
Aku merasa seperti perampok bank, berkeliaran mengelilingi pinggiran kota, mengamati setiap celah dan memutuskan mana yang paling mudah dimasuki. Aku menemukan biro hukum yang kucari di sebuah gedung modern berlantai empat dari beton dan kaca. Letaknya di Southaven Timur, di tepi jalan ramai yang membentang ke barat, sampai ke pusat kota dan sungai. Di sinilah kloter pengacara itu mendarat.
Biro hukum itu punya empat pengacara, semuanya berusia pertengahan tiga puluh, semuanya alumni Southaven Law School. Aku sudah mendengar bahwa mereka bersahabat di sekolah hukum, bekerja untuk biro hukum besar di kota ini, merasa tidak puas dengan tekanannya, lalu berkumpul kembali di sini, menjalankan praktek yang lebih tenang. Aku melihat iklan mereka di halaman kuning, satu halaman penuh, didesas-desuskan biayanya empat ribu dolar sebulan. Mereka mengerjakan apa saja, mulai kasus perceraian, real estate, sampai penetapan batas tanah, tapi sudah tentu huruf paling tebal dalam iklan itu mengumumkan keahlian mereka dalam personal injury.
Tak peduli apa pun kerja seorang pengacara, lebih sering mereka menyatakan kehebatan mereka dalam perkara kecelakaan. Karena mayoritas pengacara tak punya klien yang bisa mereka tagih dalam hitungan jam untuk selamanya, satu-satunya harapan untuk mendapatkan uang besar adalah mewakili orangorang yang terluka atau tewas dalam kecelakaan. Kebanyakan, uang itu mudah didapat. Ambil contoh seseorang yang mengalami kecelakaan mobil, di mana pengemudi lain yang bersalah dan punya asuransi. Dan ia menginap seminggu di rumah sakit, satu kaki patah, kehilangan gaji. Kalau sang pengacara bisa menemuinya sebelum petugas asuransi, klaimnya bisa dibereskan sampai sejumlah 50.000 dolar. Si pengacara menghabiskan waktu untuk mengurus dokumen dan surat-surat, tapi barangkali tidak akan terpaksa mengajukan gugatan. Ia paling banyak menginvestasikan tiga puluh jam dan menerima bayaran sekitar 15.000. ltu berarti 500 dolar tiap jam.
Pekerjaan empuk kalau bisa mendapatkannya. ltulah sebabnya hampir setiap pengacara di halaman kuning Southaven menjerit-jerit untuk mendapatkan korban kecelakaan. Tak perlu pengalaman pengadilan—99 persen dari kasus ini bisa dibereskan. Persoalannya adalah bagaimana mendapatkan kasus ini.
Aku tak peduli bagaimana mereka mengiklankan diri. Keprihatinanku satu-satunya adalah apakah aku bisa membujuk mereka untuk memberiku pekerjaan. Aku duduk di dalam mobilku beberapa lama, sementara air hujan memukul-mukul kaca depan, Aku lebih suka dicambuk daripada memasuki kantor itu, tersenyum hangat pada resepsionis, berceloteh seperti seorang sales, menggelar caraku yang paling baru untuk melewatinya dan menemui Salah satu bosnya.
Aku tak bisa percaya aku melakukan ini.