Suasana hati Melia perlahan membaik di bawah bujukan Rifky. Pada saat ini, pukulan dan tendangan Junaedi terhadap Ibra berhenti. Ibra meraung dan meringkuk menjadi bola. Jas dan wajahnya tertutup debu, dan dia tampak sangat memalukan.
"Rifky, bagaimana cara kita menangani sampah ini? Haruskah kita menghajarnya dulu, atau membawanya kembali ke kantor polisi untuk mendapatkan sanksi hukum?" Junaedi menendang perut Ibra lagi sebelum bertanya pada Rifky dengan keras.
Rifky membantu Melia yang masih menangis untuk bangkit berdiri, memandang Ibra yang seperti anjing mati, berhenti, dan berkata dengan suara yang dalam, "Serahkan pada polisi. Orang-orang seperti itu harus tunduk pada hukum. Hukumannya berat."
Junaedi mengangguk, meraih Ibra yang meringkuk di tanah, dan berteriak dengan keras "Bangun, jangan berpura-pura mati, kamu akan merasa lebih baik ketika kembali ke kantor polisi."