Louli masuk kedalam mobil. Fion segera memacu mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Btw, Nona Louli, mau pergi kemana?" tanya Fion, membuka percakapan.
"Seperti biasa, tujuan Louli sudah pasti ke rumah Mamih Lauren." Louli menjawabnya dengan senyuman.
"Hmm begitu ya. Hari ini tidak ada janji, ya?" Fion kembali bertanya.
"Louli tidak terima job di siang hari. Kecuali ada yang ngajak Louli jalan, baru Louli mau." Louli lagi-lagi menunjukkan senyum menawannya.
"Kalau begitu, bagaimana kalau Nona Louli menemaniku jalan-jalan? Kebetulan aku tidak punya teman untuk diajak jalan," ujar Fion.
"Boleh saja. Tapi gak gratis loh," ucapan Louli.
"Hahahaha... Tentu saja. Tidak mungkin aku mengajakmu dengan gratis. Bagaimana kalau aku membayar mu sepuluh juta sehari menemaniku?" tawar Fion.
"Wow!" Louli terkejut mendengar nominal angka yang disebutkan Fion.
"Kenapa? Apa masih kurang? Kalau begitu, tiga belas juta untuk menemaniku. Bagaimana?" Fion kembali bertanya sambil mengemudi.
"Tidak! Itu saja sudah cukup. Louli tidak pernah memasang tarif mahal." ujar Louli.
"Kalau begitu kita deal. Hari in, Nona menemani ku berkeliling." Fion tersenyum senang.
"Oh, iya. Louli belum tau nama Tuan. Boleh kenalan?" Louli mengulurkan tangannya.
"Hahaha... Louli, kau sangat lucu. Padahal aku selalu datang ke rumah bordil, tapi kau tidak tau namaku." tingkah Louli membuat Fion tertawa.
"Yang datang ke rumah bordil itu kan banyak. Gak mungkin Louli mengingat satu per satu nama pelanggan." Louli memasang ekspresi imut dan polosnya.
"Iihh! Gemesin banget si," Fion mencubit pipi kanan Louli dengan lembut karena gemes melihat ekspresi Louli.
"Aw, sakit tau," ujar Louli dengan nada manjanya.
Louli mengusap lembut pipinya yang dicubit Fion. Fion hanya tersenyum senang, melihat Louli yang bersikap manja.
"Nama Fion." akhirnya Fion memperkenalkan dirinya.
Louli pun akhirnya menemani Fion pergi jalan-jalan. Fion ingin mengajak Louli ke reuni bersama teman-temannya. Fion merasa malu jika dia datang seorang diri.
Karena semua teman-teman Fion sudah memiliki kekasih dan mereka membawanya ke reuni. Sedang Fion, belum memiliki kekasih, jadi Fion meminta Louli untuk menjadi kekasihnya satu hari ini. Louli pun menyanggupinya.
Mereka sampai di tempat reuni. Di tepi pandai, teman-temannya sudah menunggu kedatangan Fion dan Louli.
"Fion, disini!" teriak teman Fion begitu melihat Fion datang.
Louli langsung merangkul lengan Fion dan bersikap manja dengan menyandarkan kepalanya di bahu kanan Fion.
"Hei, Fi! Siapa cewek cantik yang bersamamu itu?" tanya teman Fion sambil melirik Louli.
"Hallo, kenalkan namaku Glasya. Aku kekasihnya Fion," Louli memperkenalkan dirinya dengan nama lain.
"Wah, Fion. Pacarmu cantik sekali," puji teman Fion.
Fion hanya tertawa kecil menanggapi ucapan temannya itu. Dia jadi salah tingkah.
"Ayo kumpul! Yang lain sudah menunggu!" teman Fion mengajak Fion dan Louli untuk bergabung.
"Louli, terima kasih," bisik pelan Fion.
"Tidak masalah. Bukankah kita sudah sepakat," louli tersenyum begitu indah.
Hari ini, Louli menemani Fion ke tempat reuni bersama teman-teman Fion. Louli dengan mudahnya bercampur dengan teman-teman Fion.
Dia bisa mengimbangi percakapan teman-teman Fion. Sama sekali tak terlihat jika Louli itu adalah gadis penghibur.
*
Malam pun tiba. Louli sudah melakukan tugasnya sebagai kekasih palsu Fion. Malam ini, dia kembali bekerja di rumah bordil.
Louli saat ini sedang duduk bersama teman-temannya sambil duduk menikmati minumannya. Malam ini belum ada pelanggan yang datang menemui Louli.
"Hahaha, kau serius? Itu sangat menyenangkan," ujar teman Louli.
Louli tersenyum. Dia baru saja menceritakan kejadian tadi siang bersama Fion pada teman-temannya.
Teman-temannya merasa iri pada Louli yang selalu beruntung itu.
"Tentu saja. Itu bukan hal yang sulit untukku. Pria mana yang tidak tunduk di hadapanku!" Louli berkata dengan nada sombong.
"Iyalah, sang Ratu. Semua juga akan tunduk," balas teman Louli sambil tersenyum.
Tiba-tiba dari belakang, terdengar seseorang memanggil nama Louli.
"Louli!"
Louli menoleh kebelakang dan Erin sudah ada dibelakangnya. Berdiri dengan wajah takut.
"Erin? Ada apa kau memanggilku?" Louli tetap bersikap biasa.
"Itu... aku mau minta maaf soal perkataan kemarin malam." sedikit gagap Erin mengucapkannya.
"Oh masalah itu, aku sudah melupakannya," Louli tersenyum pada Erin.
"Hah? Kami serius? Kamu tidak marah padaku?" tanya Erin masih tak percaya.
"Iya aku serius. Ngapain juga dipikirkan, hanya makan hati. Mending aku lupain saja," lagi-lagi Louli tersenyum palsu.
"Terima kasih, Louli. Aku janji, aku tidak akan lagi berkata buruk tentangmu," Erin terlihat senang.
Louli hanya menanggapinya dengan senyuman saja. Saat Louli sedang asyik bersama teman-temannya, Mamih Lauren menghampirinya.
"Louli, ada tamu untukmu, sayang." ujar Mamih Lauren.
"Siapa, Mih?" tanya Louli.
"Dia ada disana. Namanya Tuan Yundai. Dia ingin berkencan denganmu," Mamih Lauren menunjuk seorang pria tua yang sedang menatap Louli sambil tersenyum.
Louli tidak suka pada tamunya itu. Karena dia terlihat tua dan wajahnya juga tidak terlihat tampan. Pria tua itu melambaikan tangannya pada Louli.
Louli membalas lambaian tangan pria itu sambil tersenyum kaku.
"Louli, kamu mau kan menemaninya malam ini? Dia bukan orang sembarangan, sakunya sangat tebal. Kamu bisa dapat banyak malam ini jika berkencan dengannya." Mamih Lauren membujuk Louli.
"Tapi dia tidak sesuai dengan kriteria Louli, Mih. Mamih kan tau, Louli suka dengan pria tampan, bukan pria itu seperti itu." Louli merengke pada Mamih Lauren.
"Iya sayang. Mamih tau, tapi saku dia tebal. Apa kamu yakin mau melewatkannya begitu saja?" tanya Mamih Lauren.
Lalu Mamih Lauren perlahan mendekati telingga Louli dan membisikkan sesuatu yang membuat ekspresi Louli berubah senang.
"..."
"Baiklah, Louli mau." ujar Louli dengan senyum ceria.
"Pergilah, temui dia!" Mamih ikut tersenyum.
Louli beranjak bangun dan berjalan menghampiri pria yang akan menjadi teman kencannya itu.
"Tuan," panggil Louli seraya duduk di pangkuan pria itu.
Pria itu terlihat sangat senang, karena bisa berkencan dengan bintang di rumah bordil ini.
"Oh, Louli manis, bidadari ku." ujar Yundai.
Tangan Yundai tak mau berhenti, tangannya mulai bergerak menyusuri setiap lekuk tubuh Louli. Hingga sampai di dada Louli yang besar dan kenyal itu.
Yundai meremas pelan dada Louli membuat Louli sedikit mendesah dengan wajah yang memerah.
"Ah... Tuan, apa kau sudah tidak sabar?" tanya Louli dengan nada manja.
"Wajah cantikmu dan tubuhnya yang seksi membuat ku ingin sekali memakanmu." sebuah seringai tampak di wajah Yundai.
"Ah Tuan, jangan disini. Bagaimana kalau kita melakukannya didalam kamar saja. Disini terlalu banyak orang." bujuk Louli.
"Baiklah, sayang. Ayo segera pergi ke kamar," Yundai berkata dengan girang.
Louli menarik tangan Yundai dan mengajaknya masuk kesalah satu kamar yang ada di rumah bordil itu. Sampai di depan pintu salah satu kamar, Louli sempat berhenti sejenak.
"Tuan, Anda masuklah dulu. Louli ambil minuman untuk kita dulu, nanti Louli kembali lagi," Louli berkata sambil menyentuh dada Yundai.
"Kenapa kita tidak langsung melakukannya saja! Aku sudah tidak tahan!" Yundai tampak kesal.
"Tuan, jika langsung melakukannya tanpa pemanasan rasanya kurang puas. Jadi kita minum dulu, pelan-pelan kita melakukannya. Bagaimana?" suara Louli terdengar sangat merdu di telinga.