Chereads / Gadis Rumah Bordil / Chapter 7 - Rencana Erin

Chapter 7 - Rencana Erin

Yundai makin mabuk dengan suara Louli. Dia pun membiarkan Louli pergi untuk mengambil minuman.

Louli keluar dan menghampiri Mamih Lauren yang sudah menunggunya di depan lorong.

"Mamih!" panggil Louli.

"Ini, taburkan sedikit kedalam minumannya. Buat dia mabuk," Mamih Lauren memberikan sesuatu pada Louli.

"Baik, Mih," Louli menerimanya dan segera menyembunyikannya.

"Pergilah, jangan sampai dia curiga." ujar Mamih.

"Baik!" Louli pun pergi.

Tak berapa lama, Louli kembali ke kamar tempat Yundai menunggu. Dengan membawa sebotol wine dan dua gelas, Louli masuk kedalam.

"Tuan..." sapa Louli dengan lembut.

"Kenapa lama sekali? Apa kau tau, aku sudah hampir gila menunggumu," Yundai menghampiri Louli lalu memeluknya dari belakang.

Yundai menjilat telinga kanan Louli, membuat Louli mendesah pelan karena geli.

"Ah, Tuan. Jangan menggoda Louli. Bagaimana kalau kita minum dulu?" tanya Louli.

"Hmm baiklah, ayo kita minum sepuasnya." jawab Yundai dengan semangat.

Louli menuangkan wine kedalam dua gelas. Salah satu gelas, dia masukkan obat yang tadi diberikan oleh Mamih Lauren. Setelah mengaduknya sebentar, Louli menghampiri Yundai dan memberikan gelas yang sudah dicampur itu padanya.

"Tuan!"

Yundai tanpa curiga menerimanya, keduanya langsung bersulang.

"Cheese"

Yundai meminum habis wine itu, sedangkan Louli meminumnya pelan. Melihat gelas Yundai kosong, Louli mengambil botol wine dan kembali mengisi gelasnya.

Louli terus memberi Yundai wine sampai beberapa gelas. Efek obat yang di berikan Louli mulai terasa. Kepala Yundai mulai merasa pusing dan mengantuk.

Akhirnya Yundai terjatuh diatas tempat tidur. Dia tertidur akibat obat yang diberikan Louli.

Untuk memastikan Yundai benar-benar tertidur, Louli sempat membangunkan Yundai dengan menggoyang-goyangkan tubuh sambil memanggil namanya.

"Tuan! Tuan Yundai! Tuan!"

Namun tak ada respon apapun dari Yundai. Dia benar-benar tertidur pulas.

"Yes! Akhirnya tertidur juga. Huh, dasar! Kamu itu bukan tipeku mana mungkin aku mau denganmu." ujar Louli.

Louli terlihat sangat senang. Akhirnya dia bisa lolos dari Yundai itu. Dia segera merogoh saku celana, mencari dompet atau apapun yang berharga milik Yundai.

Akhirnya Louli menemukan dompet yang berisi uang yang banyak dan beberapa kartu ATM.

"Wah! ATM nya banyak sekali. Uangnya juga, hmm Mamih benar. Dompetnya tebal juga, tapi sayang kamu bukan type ku. Jadi maaf saja, aku tidak mau melayani mu. Aku ambil uangnya, karena aku butuh uangnya, bye." Louli mengambil semuanya.

Sebelum pergi, Louli memberi kecupan tangan pada Yundai lalu pergi. Louli terlihat sangat senang, die terus tersenyum keluar dari kamar.

"Mamih!" panggil Louli.

"Kau sudah selesai?" tanya Mamih lauren.

"Iya, semua berjalan sesuai rencana. Semuanya ada disini." Louli menunjuk tasnya sambil tersenyum.

"Bagus. Itu baru anak Mamih. Simpan dulu, nanti kita bicara lagi." ujar Mamih.

"Baiklah. Aku pulang dulu, besok aku datang lagi. Bye, Mih." Louli pergi meninggalkan rumah bordil.

Dia kembali ke rumahnya. Hari ini, Louli menang banyak. Dia tak perlu melayani nafsu Yundai, sudah bisa mendapat banyak uang.

Pagi tiba, seperti yang sudah dijanjikan. Bu Sis, pemilik rumah datang menagih janji pada Louli kemarin. Seperti kemarin, dia mengedor-gedor pintu rumah Louli dengan sangat keras.

Brak! Brak! Brak!

Louli yang masih tertidur, akhirnya terbangun oleh suara keras didepan rumahnya itu.

"Sial! Siapa yang gedor-gedor pintu pagi-pagi begini!" keluh Louli yang baru terbangun.

Padahal waktu sudah menunjukan pukul 9.15 menit. Namun Louli baru bangun, karena suara keras didepan pintu.

"Hei, Louli! Buka pintunya! Louli!" kembali bu Sis berteriak-teriak.

"Ih! Dasar, Nenek lampir. Suaranya mirip tao," keluh Louli.

Brak! Brak! Brak!

"Louli, keluar kamu! Louli!" bu Sis berteriak sambil mengedor-gedor pintu.

"Iya!" balas Louli.

Louli berjalan dengan gontai menuju pintu. Louli tau, bu Sis datang untuk menagih uang sewa rumah yang sudah tiga bulan tidak dibayar.

Klik

Louli membuka pintu. Belum sempat bu Sis bicara, Louli sudah menunjukkan amplop berwarna coklat kedepan muka bu Sis.

"Sudah, jangan teriak-teriak lagi, ya Bu Sis. Nanti kriputnya makin kelihatan jelas. Kalau suami Ibu lihat takutnya dia bakal ninggalin Ibu dan berpaling ke perempuan lain," meski Louli kesal, tapi dia tetap bersikap biasa.

"Kau! Awas saja, jika kau berani menggoda suamiku! Akan aku robek-robek mulut busukmu itu!" bu Sis tampak kesal dengan ucapan Louli.

"Hallo, maaf ya Bu Sis. Meskipun aku ini wanita penghibur, tapi aku pilih-pilih pelanggan. Hanya pria yang berwajah tampan dan masih muda saja, yang bisa berkencan denganku. Suamimu itu sudah tua, dia bukan levelku." lagi-lagi Louli mengejek bu Sis.

"Kau wanita l4jang! Mulut mu itu busuk sekali!" bu Sis semakin kesal.

Louli tersenyum sinis melihat bu Sis yang kesal padanya.

"Lihat saja! Jika sampai aku melihat kau menggoda suamiku, aku bunuh kamu!" bu Sis memberi peringatan pada Louli dengan menggerakkan kedua tangannya mengepal didepan wajah Louli.

Louli sedikit memundurkan wajahnya kebelakang. Untuk menghindari gerakan tangan bu Sis.

Karena semakin kesal, bu Sis pergi meninggalkan rumah Louli.

"Dasar Emak-Emak!" keluh kesah Louli.

Sementara di tempat Yundai. Dia tersadar dan marah besar pada Louli, karena merasa ditipu oleh Louli.

Dia pun mengutus anak buahnya untuk membawa Louli ke hadapannya. Beberapa hari kemudian, Louli terus bersembunyi dari kejaran anak buah Yundai.

Dengan bantuan Mamih, Louli berhasil menghindarinya. Setiap kali ada anak buah Yundai datang, Mamih Lauren langsung meminta Louli bersembunyi.

Sampai suatu malam, Louli diajak temannya untuk menemui seorang bos besar di salah satu hotel.

Erin yang masih menyimpan dendam pada Louli, dia meminta bertemu dengan Yundai lewat anak buahnya. Erin pun pergi menemui Yundai di kantornya.

"Jadi kau punya informasi tentang Louli?" tanya Yundai dengan nada dingin.

"Benar Tuan! Saya tau dimana Anda bisa menemui Louli." ujar Erin dengan senyum penuh arti.

"Katakan dimana dia sekarang?" Yundai tampak marah.

"Tuan, malam ini datanglah ke hotel xxx. Aku akan membawanya kesana." senyum licik menghiasi wajah Erin.

"Bagaimana aku tau, kau tidak akan bohong?" Yundai menatap Erin dengan penuh curiga.

"Tuan, Anda bisa percaya padaku. Aku tidak akan mengkhianati Anda. Karena aku sendiri punya dendam pribadi dengannya!" ujar Erin dengan nada takut.

"Baiklah. Awas saja, jika kau berani mengkhianatiku!" Yundai memberi peringatan pada Erin.

Setelah pembicaraan itu, Erin kembali ke rumah bordil. Dia menghampiri Louli yang sedang duduk bersama yang lain.

"Louli," panggil Erin.

Merasa ada yang memanggil, Louli menengok kesamping.

"Erin, ada apa? Tumben kamu memanggilku?" Louli sedikit heran.

"Apa aku tidak boleh memanggilmu?" tanya balik Erin dengan wajah sedih.

"Tentu saja boleh, kemari lah! Duduk disini bersamaku." Louli tersenyum sambil menepuk tempat duduk disampingnya itu.

Erin ikut tersenyum lalu duduk disamping Louli. Dia bergabung bersama Louli dan teman-temannya.