Punggung mulus yang dipenuhi rune di area pinggang, menjadi pemandangan Morgan saat ini. Dia menelan liurnya sekali lagi, mengapa keadaan saat ini begitu canggung? Tapi, bukankah kesempatan tidak datang dua kali? Jika bukan hari ini, kapan lagi Cia akan sukarela memberikan tubuhnya?
Tangan Morgan membuka satu ikatan di leher dengan cermat. Setelah itu terlepas, dia menelusupkan tangan ke area depan. Dia meraba dua buah dada yang kenyal dan penuh tersebut. Lalu, tangannya menelusuri kulit Cia dan berhenti pada perut besar wanita itu.
Morgan mengecup leher Cia dengan teliti, itu menimbulkan suara desahan yang menggelitik telinga. Cia mendongakkan kepala, matanya terpejam untuk menikmati sensai basah dari bibir Morgan yang saat ini sedang mengecupi punggungnya. Laki-laki itu memperlakukannya dengan hati-hati, seolah dia adalah artefak yang akan hancur jika sedikit saja menggunakan tenaga.
