Hal pertama yang Zeno lihat ketika membuka mata adalah sisi ranjangnya yang kosong. Mata pria itu langsung melebar dan terlihat jelas ketakutan dari mata cokelat tersebut. Dengan gerakan cepat dia keluar dari kamar setelah menghempas pintu kamar dengan kasar. Zeno tidak menuruni tangga, pria itu langsung melompat ke lantai satu dan mendapati area dapur kosong. Dia semakin gelagapan melihat hal itu. Ketakutan membuat instingnya melemah.
Zeno berbalik, semoga saja perkiraannya benar. Dia memutuskan ke halaman belakang di mana Cia biasa mengurus bunga-bunganya. Di sana, dia melihat punggung Cia dengan kedua tangannya terletak di pinggang. Wanita itu sedang menatap bunga-bunganya yang indah. Zeno segera memeluknya dari belakang dan menghidu leher Cia. Akan tetapi, Cia langsung melepas pelukan itu dengan kasar dan berbalik menatap Zeno. Sorot matanya menyiratkan amarah.
"Ke-kenapa, Sayang?"
"Kenapa katamu? Apa saja yang kaulakukan selama aku tidak ada, Zen?"