"Apa? Apa itu? Ucapkan saja, Alan."
Cia menyilangkan kedua kaki jenjangnya hingga menampakkan sedikit pahanya yang mulus. Kulitnya yang sewarna madu itu tampak sangat anggun terlihat. Alan yang melihatnya lantas meneguk saliva. Sungguh, dia tidak tahan kalau harus berhadapan dengan perempuan secantik dan seseksi Arlcia. Ingin rasanya melahap wanita itu sekarang jika saja dia belum bersuami.
Pria itu menghela napas sejenak. Dia bergumam. "Aku hanya ingin mengajakmu makan malam," ucapnya. "Itu saja."
Otak Cia yang sedari tadi berpikiran kotor, kini langsung membeku seketika. Batinnya melenguh. Dia kira pria itu akan mengajaknya melakukan hubungan badan mengingat gairah seksualnya yang amat tinggi di hari ulang tahunnya saat itu. Namun, dugaannya salah besar. Dia mengernyit sekejap.
"Makan … malam?" selisiknya.