Matahari menampakkan sinarnya dengan malu-malu, sama halnya dengan Cia yang baru saja membuka mata. Hari masih pagi, tetapi saat dia membuka kelopak lebih lebar, terlihat jelas jika suaminya sudah siap dengan pakaian formal; jas, kemeja, dan celana bahan berwarna hitam.
Tidak biasanya Zeno berpenampilan seperti ini, jadi dengan begini saja, berhasil membuat Cia terkesiap dan kagum.
"Mau ke mana pagi-pagi?" tanya Cia dengan suara seraknya.
Zeno yang saat itu sedang menatap cermin besar pun membalikkan badan. Dia menghampiri Cia yang sedang bergerak duduk. Zeno mengecup bibir istrinya, kemudian berkata, "Hari ini aku akan ke kota. Kau ingin ikut?"
"Bolehkah jika aku di rumah saja?" Aku sedang ingin tidur lebih lama."
Tentu saja boleh. Jadi, Zeno tersenyum ramah dan mengangguk. Sebelum pria itu keluar kamar, dia membalikkan badan, dan menatap istrinya dengan intens. Pikirannya berkecamuk, apakah tidak apa-apa meninggalkan Cia di sini—sendiri?