Rintihan terdengar dari mulut Baron. Remaja laki-laki itu baru saja terhempas dan menubruk dinding bangunan hingga meninggalkan jejak retak. Pelakunya adalah Eros. Dalam sekejap mata, Eros sudah berada di hadapan Baron dengan warna mata yang berubah. Tangannya mencengkram dagu Baron dengan kuat. Jika bisa, dia ingin sekali meremukkan tulang rahang itu.
"Kau melebihi batas, Baron!" ujarnya dengan gigi yang menyatu. "Kau tidak memiliki rasa hormat."
Baron memegangi tangan Eros yang berusaha menghancurkan wajahnya. Dengan susah payah dia berkata, "Aku selalu menghormatimu."
"Bukan aku, tetapi wanita yang kemarin bertemu denganmu yang memiliki rambut berwarna perak."
Melihat Baron hanya diam saja, bisa dipastikan jika anak itu sangat bodoh sehingga tidak bisa mengenali aura pemimpin.
"Dia adalah pemimpin pasukan ini, bodoh!"