Wajah memelas milik Dewa adalah hal termanis yang pernah Rere lihat. Lelaki itu dengan tidak tau malunya, meminta diri Rere dari Bu Dinar. Tentu saja Rere tidak menolak.
"Jangan marah," ucap Dewa. Ini sudah ucapan ke lima kali dalam lima menit terakhir. Mereka berdua sedang berada di depan gerbang kampus, tepatnya di bawah pohon besar kesukaan Rere.
Rere mendiamkannya, seolah-olah sedang marah dan cemburu. Padahal tidak. Kasus tentang dia mematikan panggilan itu karena baterai ponselnya sekarat bukan cemburu.
"Yang," panggil Dewa lagi. Rere masih menatap Dewa dengan wajah datar. Mata Dewa telah berkaca-kaca saat itu.
"Aku bener-bener minta maaf. Aku janji Maya nggak akan dekat-dekat aku lagi. Kalau kamu mau, aku bisa mengirim dia ke neraka."
Rere meringis, Dewa telah meluncurkan air matanya dengan wajah yang penuh penyesalan saat mengatakan itu. Rasanya Rere ingin tertawa saat ini juga.