Perkiraan Senja salah. Dia kira Langit akan memukul atau mengucapkan kata-kata kasar, ternyata lelaki itu bersimpuh di pinggir bed dengan kepala tertunduk dalam.
Senja menatap kepala Langit yang tertunduk. Rasa kasih dan sayang untuk Langit benar-benar telah pudar. Bumi telah mengambil alih rasa itu seluruhnya.
"Saya sungguh-sungguh memohon ampunan dari kamu, Senja. Walaupun saya tidak bisa bertanggung jawab atas janin yang kamu kandung, tapi kamu boleh meminta apa saja untuk anak kita." mohon Bumi.
Senja tersenyum hingga matanya menyipit, "Dia anakku dan Bumi, bukan anakmu. Tapi, kalau Mas mau belikan ini itu buat baby, aku terima kok."
Langit menengadahkan wajahnya, menatap Senja. Entah kenapa hatinya berdenyut sakit saat Senja mengatakan janin itu bukan anaknya.
Ada perasaan tidak terima. Tetapi, Langit telah menyadari bahwa semua ini adalah salahnya. Salah terbesar dalam hidupnya karena telah menyia-nyiakan Senja.