Cahaya petir menyala terang di langit. Gemuruhnya bersahut-sahutan yang semakin menambah ricuh di malam ini. Sudah tiga hari hujan tak henti-hentinya mengguyur kota Latveria, bahkan pihak perusahaan menyatakan libur hingga keadaan membaik.
"Nora, sudah cukup mengamati hujannya." Aku menoleh dan langsung tersenyum ke arah Niko—saudara kembarku. "Kalau kau sakit, aku juga yang repot."
Belum selesai Niko berbicara, kami merasakan sebuah getaran. Posisiku yang berada di balkon, sangat pas mengamati para tetangga yang mulai kocar-kacir berlarian ke luar rumah. Niko menarik tanganku dan kami langsung berlarian menuruni tangga. Tak lupa, aku sempatkan diri mengambil ponsel kami berdua yang berada di sisi meja TV.
"Niko!" teriakku panik.
"Jangan sampai terpisah!" pekiknya.