Suasana malam itu terasa berbeda dengan malam sebelumnya. Wacana kemerdekaan sejak lama bukan sekadar wacana lagi. Pemuda atas nama rakyat, bergerak, agar Indonesia bisa merdeka. Mendesak Soekarno dan Muhammad Hatta agar mau menyiapkan naskah atau sekadar memproklamirkan, Indonesia merdeka.
Malam itu menjadi saksi kemurkaan Utari Gayatri . Perbedaan pendapat dengan sang suami—Kama Nismara, membuat air mata wanita tersebut mendadak keluar. Kama memeluk istrinya dari belakang, hanya itu yang bisa dia lakukan. Keadaan begitu genting dan pemberontakan terjadi di mana-mana. Dia hanya ... tidak ingin istri dan anaknya—Arya Nismara yang berusia dua tahun itu ikut terseret. Atau menjadi bulan-bulanan ditangkap oleh tentara Nippon.
"Percayalah padaku, Tari. Di sana lebih aman. Masalah pembacaan proklamasi esok, aku akan meminta Dwiparani menggantikanmu," ucap Kama.