Nyatanya, Marcus membawa Julian kabur kembali ke kantor mereka dengan teknik teleportasinya. Masih belum lihai, sehingga teknik yang dipakai otodidak itu membuat hantaman dalam diri Marcus hingga pria itu tersungkur memegangi dadanya yang terasa panas dan sakit. Julian yang menyadari hal itu lantas berusaha menolong balik asistennya tersebut.
"Marc, kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan raut wajah yang dicemas-cemaskan. Tidak, sebenarnya dia benar-benar khawatir dengan kondisi pria itu sekarang.
Marcus mengerang. Dia sedikit menghempaskan Julian, tetapi gagal karena pria itu mampu berdiri kembali. "Tidak apa-apa matamu!" tukasnya. Dia menggeram sejenak. "Kalau mau menggoda wanita dipikir dulu kenapa? Bibirmu tipis sekali!" ketusnya kemudian.
Julian akhirnya hanya bisa mendaratkan bokongnya di lantai dan bersandar pada kaki meja kerjanya. Napasnya tidak kalah tersengal, sama seperti Marcus. Asisten pribadinya itu menatapnya dengan sorot mata payah dan berdecak kesal.