Suhu Normandia yang sangat dingin membuat Lavatera enggan keluar dari selubung selimutnya. Apalagi sekarang ada sosok Bryan yang memeluk dan menghangatkan tubuhnya. Dia menatap pria itu tanpa cela. Begitu tampan dengan rahang yang tegas dan luka goresan di sebelah kanan wajahnya. Ciri khasnya itu membuat Bryan mungkin saja digilai oleh banyak wanita di luar sana. Namun, pria itu tetap kekeh terpaku dengan dirinya sampai detik ini.
Lavatera menggeliat. Dia meraih ponsel di nakas samping ranjang dan melihat penunjuk waktu di layarnya. Menyadari suatu hal, dia bergegas bangun sepenuhnya. Gadis itu mendesah pelan. Ada pekerjaan yang harus diselesaikannya hari ini.
Belum sempat dia mendaratkan kakinya di lantai apartemen yang dingin, sebuah notifikasi menarik atensinya. Lavatera membukanya sejenak dan hampir mengernyit membaca pesan dari seorang pria yang tidak lain adalah Julian.
