Tumpukan kertas yang memenuhi keranjang sampah, juga keadaan kamar yang memprihatinkan, membuat Lavatera hanya bisa mendesah pasrah. Entah sudah ke berapa kali dia membuat desain yang sesuai dengan keinginan Julian, tapi ... dia belum bisa membuat yang pas.
"Cantik sepertiku katanya," ujar Lavatera dengan kekehan sinis. Dia lantas membanting pensil ke atas meja dan bersandar di kursi. Lama-lama pantatnya bisa kempes kalau harus duduk terus seperti ini. "Brengsek!"
Lavatera berdiri, dia meregangkan otot yang terasa kaku dan berjalan ke arah dapur. Mengambil satu sendok bubuk kopi, juga krimer, dan gula. Setelah itu, mengambil air panas dari dispenser dan menuangkannya ke dalam gelas. Aroma kopi segera memenuhi udara. Membuat Lavatera bisa rileks untuk beberapa saat.