Semesteran berjalan dengan lancar dan tenang. Beberapa anak kedapatan membawa kertas contekan ke dalam kelas. Sari terlihat tenang dan fokus mengerjakan soal-soal, begitu juga Ara, hanya saja Riska terlihat sedikit gelisah. Karena Sari mendapatkan tempat duduk yang paling depan, sehingga Ara dan Riska tak bisa memanggil dan meminta tolong padanya. Prasetyo--adik kelas yang duduk di sampingnya menuliskan sesuatu pada sebuah kertas.
"Mbak, aku bantu aku jawab nomor lima, Mbak."
Sari melirik pada kertas soalnya, lalu menuliskan sebuah huruf di sana.
"A," tulisnya pada kertas oret-oret di hadapannya.
"Kalau nomor tujuh, Mbak."
"Sari kembali melirik soalnya."
"D."
"Kalau nomor sepuluh, Mbak."
Sari menoleh ke arah anak laki-laki itu. Ia terlihat menunduk, seperti sedang mengerjakan sesuatu, padahal yang dilingkari olehnya jawaban yang sudah selesai. Sari menuliskan sesuatu.
"Dek, nggak boleh banyak-banyak, nanti Mbak juga ikut berdosa karena sudah curang."