"Ada apa nih? Kayaknya seru?" tanya Kak Arfan pada kami.
Aku memejamkan mata kuat-kuat, khawatir kalau dia melihat rupaku seperti ini. Ara berusaha membalikkan tubuhku, tapi aku bertahan dengan posisiku. Melihat hal ini Kak Arfan semakin penasaran. Ia bahkan mendekat dan kini sudah ada di belakangku.
"Kenapa sih? Sari, coba Kakak mau lihat!"
"Sar, ayolah, tunjukkan wajahmu yang cantik!" Ara terus memaksaku untuk menoleh.
Sementara Ibu tertawa sampai terduduk di sofa. Hingga pada akhirnya Ara berhasil membalikkan tubuhku. Dengan sigap aku menutup wajah dengan kedua tangan. Menutupi aib pada wajah ini. Kak Arfan memegang pergelangan tanganku.
"Kak, nggak usah please ... " Aku memohon.
"Kakak janji nggak akan ketawa."
"Janji, ya!" pintaku dan ia bersedia.
Perlahan aku membuka wajah. Kemudian melihat wajah Kak Arfan di hadapanku. Dia terdiam, lalu menahan tawa.
"Cantik kok, kenapa emang?!"
"Cantik dari mana, orang alisnya kayak alis Shincan."