Suasana jadi canggung setelah Kak Arfan mengatakan itu. Ia mengajakku pulang seusai makan minum es dawet di pingiran lapangan. Kami yang tadinya lancar bicara, jadi sama-sama lebih banyak diam. Kadang tanpa sengaja kami beradu pandang dari kaca spionnya, dan aku segera menoleh ke arah yang lainnya. Sampai di depan rumah, sepeda motornya berhenti secara perlahan. Aku melompat turun, lalu hendak melepas helm, tapi lagi-lagi aku tidak bisa melepasnya.
"Biar Kakak bantu."
"Oh iya, Kak."
Aku mendekat, lalu Kak Arfan membantuku melepas helm, setelahnya kami sama-sama tersenyum dan ia pamit untuk kembali ke kantor.
"Makasih banyak, Kak, sebelumnya."
"Kakak yang harusnya berterimakasih karena sudah diberi kesempatan untuk mengantarmu pulang. Ya udah Kakak balik ke kantor, ya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."