Malam itu Eva menjadi lebih pendiam di rumahnya. Ia masih memikirkan kunci hilang yang terjadi di kantornya. Gadis itu benar-benar merasa bersalah karena ceroboh dan bisa lupa dimana ia menaruhnya. Melihat Eva banyak melamun, Sari menegurnya saat mereka sudah berbaring di ranjang atas.
"Mbak, kenapa sih? Dari tadi aku perhatiin Mbak banyak diem dan murung."
"Lagi ada masalah, Dek di kantor."
"Masalah apa? Siapa tahu aku bisa kasih solusi."
"Mbak ngilangin kunci sepeda motor baru dan kepala gudang marah-marah sama mbak."
"Mbak lupa nyimpen?"
"Kayaknya nggak, tapi nggak tahu kenapa kuncinya hilang."
"jadi gimana?"
"Kalau hilang, ya Mbak harus ganti. Itu resiko karena keteledoran Mbak."
Malam itu Eva mengungkapkan kegelisahan hatinya. Saat Sari berkata ingin becerita pada ibu dan Bapaknya, Eva melarang. Ia takut kedua orang tuanya jadi kefikiran soal masalahnya dan ia tidak mau itu. Ujung-ujungnya Eva hanya meminta didoakan oleh adiknya supaya masalahnya segera selesai.
***
