"Hey! Nulis apaan?" tanyaku pada Hansis saat ia asik menulis sesuatu di bukunya. Lala dan yang lain sudah senyum-senyum sendiri melihatku mendekati lelaki ini. Hansis segera menutup bukunya, lalu menyimpannya dalam laci.
"Bukan apa-apa," kata gugup, tanpa berani menatapku.
"Lihat, boleh?"
Ia menatap dan aku tersenyum. Perlahan Hansis mengambil bukunya, lalu menyerahkannya padaku. Aku megucapkan terimakasih sebelum membuka dan membacanya. Aku membuka lembaran buku itu, lalu membacanya.
Aku ingin seikhlas matahari yang mencintai bumi ...
Hanya memberi, tak pernah menuntut balasan yang pasti. Seperti matahari yang ikhlas menerangi bumi, tanpa pernah ada timbal balik, tapi matahari tetap setia menjadi penerangnya supaya bumi tidak merasakan kegelapan yang abadi.
Seikhlas matahari yang menghangatkan bumi ...