Semakin hari keadaan Ali semakin mengkhawatirkan. Dokter saja sudah mengatakan pasrah dengan keadaan laki-laki itu. Mama dan Papanya terus mendoakan kesembuhannya, termasuk Ida. Jika awalnya Ida sangat bersedih dengan musibah yang menimpa calon suami, kini ia hanya bisa pasrah dan mendoakan setulus hati. Setiap pulang bekerja, Ida pasti datang ke sana untuk melihat keadaan Ali dan memberi semangat untuk kedua orang tuanya.
Ia yang biasanya hanya shalat wajib saja, kini semakin mendekatkan diri pada Allah. Ida sadar, hidup dan matinya hanya milik Dia—Sang Maha Segalanya. Kejadian ini menyadarkan Ida, tidak ada suatu apapun di dunia ini yang bisa direncanakan dengan sempurna oleh tangan manusia, karena pada akhirnya para manusia akan tetap tunduk dengan ketetapanNya. Di malam Jum'at, seperti biasa Ida bangun tengah malam untuk menjalankan shalat Sunat.
