Malam itu, Nur sangat bersemangat mengecek warungnya. Ia dengan suka cita memakai kacamata yang dibelikan oleh anak sulungnya. Musri yang melihat istrinya nampak sumringah mendekat.
"Yang kacamata baru, senyum-senyum terus!" goda Musri.
"Ih, Bapak apaan sih? Orang lagi ngecek yang akan dibeli buat besok."
"Eh tapi tau nggak? Ibu nambah cantik banget pake kacamata itu."
Nur makin salah tingkah. Ia memukul kecil pundak suaminya dan itu membuat suaminya tertawa. Nur protes karena suaminya itu sangat suka membuatnya malu. Dari samping dinding warung Nia mendengarkan kemesraan orang tuanya. Diam-diam ia memanggil kedua saudaranya. Setelah Ida dan Eva mendekat mereka mendengarkan bersama-sama, lalu memutuskan untuk balik menggoda bapaknya karena sudah menggoda ibunya.
"Aku hitung sampe tiga. Setelah hitungan ke tiga kita masuk dan nyorakin Bapak, ya!" kata Nia dengan suara pelan. Eva dan Ida mengangguk setuju. "Satu, dua, tiga!"
"Cie cie cie cie, ketahuan pacaran, ya!"