Di sampingku ada Ina yang duduk tertunduk. Di depan sana ada Kak Hamzah yang menatap penuh harap. Barangkali, ia berharap Ina bisa memaafkan semua perbuatannya. Kami duduk berhadapan dan ada pembatas dinding kaca di tengah-tengah kami. Datang ke sini, bukan hal yang mudah. Setelah berhasil meyakinkan Tante Astuti, kami juga harus meyakinkan Om Dika, bahwa semua akan baik-baik saja.
"Ide gila! Bagaimana bisa mempertemukan mereka? Dari awal Papa sudah bilang, nggak akan ada pertemuan antara Ina dan pria sialan itu. Titik!" kata Om Dika dengan mata berkilat marah.
"Pa, ini permintaan terakhir Ina, dia berjanji setelah bertemu Hamzah untuk yang terakhir kalinya, ia akan melupakan semua tentang laki-laki itu dan menjalani hidup yang baru," rayu Tante Astuti.
"Sekali Papa bilang tidak, sampai akhir tidak akan!"bentak Om Dika menggelegar hingga aku yang menunggu di luar menjadi semakin tidak enak.