Sebenarnya aku masih enggan bertemu dengan Kak Romi. Hanya saja aku harus memberitahu mengenai apa yang dikatakan oleh Mbak Nia malam tadi. Jika ingat kejadian siang itu rasanya aku tak mau lagi bertemu dengannya, sungguh aku benar-benar malu. Bagaimana tidak, karena aku berkhayal di depan orangnya. Tersenyum seperti orang gila saat dia menyapa dan salah memanggil hanya karena masih terbayang apa yang menjadi khayalanku saat itu.
Dadaku berdebar menunggunya melintas di depan kelas. Aku menunggu di balik pintu. Apa aku bicara dengan Kak Roma saja supaya tidak terlalu gugup dan lebih lancar bicaranya nanti? Aku mondar mandir di dalam kelas memikirkan hal ini. Bagusnya aku menemui Kak Roma atau Kak Romi, ya? Baiklah aku akan mengambil bunga mawar di depan kelas ini, lalu menghitung kelopak matanya untuk memutuskan. Aku berjalan ke depan kelas, lalu memetik sekuntum bunga mawar dan membawanya masuk ke kelas.
