"Kamu nggak usah macem-macem, pake bilang mau putus segala. Kalau kamu nggak ganjen, aku baik sama kamu, sayang sama kamu, tapi kamunya yang bikin aku marah. Apa-apaan ngobrol sama cowok lain pake acara ketawa-tawa dan duduk di meja yang sama."
Ina hanya menunduk saat Hamzah memarahinya di kantin saat suasana kantin sedang sepi.
"Kamu tuh harus bisa jaga perasaan aku, jangan sampai buat aku kesel. Ngerti?" tanyanya dengan suara yang pelan, yang jika orang lain melihatnya tidak ada yang tahu jika laki-laki itu sedang marah.
"Iya, Kak. Maaf ... "
"Lain kali kalau macem-macem mikir yang panjang."
Hamzah baru memesan makanan setelah memarahi pacarnya. Setelah itu ia bersikap biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Ina lega setelah kemarahan kekasihnya mereda. Ia mulai tersenyum tipis saat lelaki itu mulai membuat guyonan. Meskipun jauh di dalam lubuk hati, masih terbesit rasa takut akan sikap dan sifat dari pacarnya itu.
