Seorang tetangga yang rumahnya sekitar 100 meter dari rumah Sari datang ke rumah. Katanya, semalam Ida menelpon dan mengatakan kalau hari ini akan kembali menelepon untuk bicara dengan ibunya. Namanya Husna—tetangga yang memiliki telepon seluler itu. Setiap kali akan bicara dengan Nur, Ida pasti menelepon Husna, karena di desa itu masih sangat jarang orang-orang yang memiliki telepon seluler pun telepon rumah. Hanya orang-orang tertentu yang materinya lebih dari cukup yang memiliki barang-barang itu.
"Wah, jadi ngerepotin Bu Husna, ini. Maaf, ya, Bu."
Nur merasa tidak enak.
"Nggak apa-apa, Nur. Namanya tetangga ya saling bantu dan tolong menolong."
"Makasih banyak ya, Bu."
"Sama-sama, Nur. Saya kirim sms dulu ke Ida, ya. Supaya menelepon ke sini."
"Baik, Bu." Lalu Nur memanggil Nia untuk membuatkan segelas teh hangat.