Sekarang bukan cuma Kak Romi yang menjauh dariku, tapi juga Kak Roma. Barangkali dia tersinggung karena aku menolak ajakannya tadi pagi. Sempat berpapasan di sekolah, tidak seperti biasanya, ia bersikap acuh tak acuh. Aku berusaha tetap tersenyum, meskipun aku tahu, dia sedang kecewa padaku.
"Sar, maaf ya! Kemarin aku nggak jadi jemput, nanti sore deh aku jemput!" kata Ara, saat kami baru saja menyelesaikan tugas dan mengumpulkannya.
"Iya nggak apa-apa. Lagian, kemarin aku banyak kerjaan. Nanti sore kayaknya free deh."
"Oke. Ibu udah nanyain kamu terus tuh!"
"Ciee yang mau ketemu calon mertua." Emi menggoda.
"Jadi nggak bikin surat? Dari kemarin nggak jadi terus!" protesku yang membuat mata Emi melotot seketika. Ia menarik lenganku menjauh dari rombongan.
"Sar! Jangan bilang-bilang, aku malu kalau sampe anak-anak tahu!"
"Malu? Kenapa musti malu?"