Ida datang ke pemakaman Ali bersama Fitri. Ia masih mengenakan pakaian dinasnya. Diusapnya nisan Ali, dengan mata berkaca-kaca dan senyum penuh keikhlasan. Fitri yang melihat mengusap-usap punggung sahabatnya itu.
"Ali, kamu udah tenang, kan di sana? Terimakasih pernah hadir dan membuatku bahagia meskipun tak lama, tapi kamu tahu nggak, kebersamaan dan perkenalan kita itu menjadi salah satu moment terbaik dalam hidupku. Kamu laki-laki pertama yang dengan beraninya datang ke rumah dan bertemu dengan orang tuaku. Tanpa ragu kamu katakan kalau kamu serius ingin meminangku. Sayang, Allah tidak mentakdirkan kita untuk bersama-sama lebih lama, meskipun begitu namanya akan terukir abadi dalam hatiku." Ida diam, memandang nisan dan kuburan itu seraya merabanya, kemudian melanjutkan kata-kata.