"Gimana, Bu? Apa Heru sudah sembuh?" tanya Sari saat ibunya kembali ke kamarnya.
Nur tersenyum, kemudian mendekati anaknya.
"Alhamdulillah dia sudah jauh lebih baik. Nanti kalau Bapak sudah datang kita lihat dia, ya!" Sari mengangguk cepat.
Gadis itu benar-benar merasa bersalah atas apa yang terjadi pada mereka berdua. Tidak berapa lama Musri datang sendirian, membawa bekal untuk istri dan anaknya yang telah dimasakkan oleh Ida. Anak pertama dari empat bersaudara itu masak setelah subuh, demi untuk membawakan bekal untuk ibu dan adiknya. Ia memasak sayur sup dan ikan seluang yang ada di rumah. Juga membuat sambal matah kesukaan ibunya.
"Yang masak siapa, Pak?" tanya Nur sambil mengambil rantang yang dibawa oleh suaminya.
"Ida yang masak, Bu."
"Pas banget Ibu laper."
Nur duduk di tikar bersama Nia, lalu membuka rantang-rantang dan mengeluarkan isinya. Musri mendekati anak bungsunya, lalu duduk di sampingnya. Di elusnya kepala sang anak penuh rasa sayang, lalu berkata.