"Mbak, sendirian aja, Mbak. Aku anter pulang yuk, Mbak!" ajak Heru saat melihat Nia berjalan pulang sendirian.
Uang sakunya hilang entah kemana, ia bahkan tidak bisa menabung hari ini. Mencari keberadaan Sari dikelas sudah terlambat karena adik bungsunya itu sudah pulang lebih dulu. Ia benar-benar risih diikuti oleh teman adiknya itu. Rasanya ingin marah dan mengusirnya, tapi ia masih memikirkan nama baik Sari.
"Udahlah, aku bisa jalan sendiri, nggak usah diikutin," sahutnya mencoba sabar, padahal emosinya sudah sampai ke ubun-ubun.
"Mbak, nanti kalau jalan jauh betisnya jadi gede, terus nggak cantik lagi."
Nia menghentikan langkah, ia menghembuskan nafas kasar. Melihat Nia berhenti, Heru juga menghentikan laju sepeda motornya. Gadis itu menghadap ke arah Heru.