"Selamat siang, Tuan Besar."
Raut gugup tersirat dari air muka gadis lugu yang kini tengah berdiri di hadapan seorang pemilik perusahaan besar tanah air. Ya, bagaimana tidak, ini merupakan pengalaman pertama bagi Juwita untuk menghadap seorang pengusaha ternama kaya raya. Ia berdiri sembari memilin tali tas selempangnya untuk sedikit menghilangkan rasa gugup.
"Selamat siang, Nak Juwita. Silakan duduk!" Pria paruh baya yang mengenakan jas hitam dilengkapi dasi biru itu membuka telapak tangan kanannya ke arah Juwita.
"Terimakasih, Tuan." Juwita menundukkan kepala satu kali kemudian menduduki kursi kosong di hadapan meja kerja Tuan Seno.