Jam kecil yang terletak di sudut meja itu menunjukkan pukul sembilan malam. Waktu yang semestinya digunakan untuk beristirahat, tidur dengan lelap agar esok hari bangun dengan keadaan segar dan dapat kembali bekerja dengan cukup tenaga. Namun pada kali ini, Bik Arum tidak lagi melakukannya. Ia tidak tidur, tidak dapat tertidur. Bik Arum masih sibuk mengemasi barang-barangnya, dengan kondisi kedua bola matanya yang memerah dan sembab.
"Cepat atau lambat, segala sesuatu memang sudah pasti akan berakhir. Lantas, kenapa aku harus menangisinya?" gumam Bik Arum membesarkan hati.
Bik Arum duduk di sisi tempat tidurnya yang tidak terlalu besar itu, tempat tidur yang hanya cukup untuk satu orang saja. Di sebuah kamar berukuran kecil yang letaknya terpisah dari rumah utama. Ya, Tuan Seno memang menyiapkan bangunan khusus untuk tempat tinggal para pekerjanya. Sebuah rumah kecil yang mempunyai beberapa kamar. Letaknya hanya beberapa meter dari pintu belakang rumah utama.