Jam istirahat baru saja tiba. Siswa-siswi yang tampak rapi dan kharismatik dengan balutan jas almamater berwarna biru muda itu perlahan mulai menghambur keluar kelas. Kecuali Juwita, gadis berwajah lugu itu hanya memerhatikan Purie and the gank bangkit dari kursi mereka masing-masing, untuk bergegas pergi ke kantin, tanpa dirinya.
Lagi-lagi Juwita hanya bisa menelan saliva, ketika mendapati Purie, Lizty dan juga Reinatha seolah tidak pernah menganggap keberadaannya. Jangankan untuk menerima Juwita ke dalam circle pertemanan mereka, untuk sekedar mengajak Juwita ke kantin saja mereka enggan melakukannya. Meski demikian, Juwita sendiri begitu memaklumi sikap mereka tersebut. Sebab, dirinya hanyalah seorang gadis miskin yang beruntung dapat menempuh pendidikan di sekolah elite tersebut.