Satu-persatu sepatu high hells yang terpasang di kaki mulus Juwita itu tampak menuruni mobil. Dress berwarna putih tulang yang dipinjamkan oleh sang majikan mudanya itupun terlihat begitu pas di badan Juwita. Malam ini ia tampil begitu cantik dan anggun lebih dari biasanya. Kini ia telah berdiri persis di sisi mobil mewah milik majikan mudanya. Juwita masih merasa begitu risih dan jengah. Ia benar-benar ragu apakah ia bisa melewati acara makan malam istimewa saat ini dengan berperan sebagai Purie, majikannya sendiri.
"Tunggu apa lagi? Cepat sana, masuk!" Purie menurunkan kaca mobilnya dan berdecit mengusir Juwita saat melihatnya masih saja berdiri di sisi kiri mobilnya.
Juwita kini berdiri menghadap mobil, di mana sang majikan mudanya itu masih mengawasinya dari celah kaca mobil yang sediki terbuka. Juwita menundukkan kepalanya pertanda pamit.
"Baik, Nona." Juwita pun hendak melangkah, namun Purie kembali memanggilnya.
"Tunggu!" pekik Purie.