Waktu kian berlalu. Detik yang terus bergemericik. Menit yang tak hentinya berdecit. Siang yang terang benderang kini berganti malam yang sedikit suram.
"Apa? Tidak! Aku tidak mau, Papi! Aku benar-benar tidak sudi apabila Papi memasukkan gadis kampung ini ke dalam sekolah yang sama denganku! Bahkan, Papi tahu sendiri bahwa sekolahku itu merupakan sekolah elite! Sekolah yang diperuntukkan khusus untuk orang-orang kelas atas! Sedangkan, Papi tahu sendiri, darimana Juwita berasal!" Purie bangkit berdiri dari sofa, memandangi sosok Papinya dan juga pelayan pribadinya itu dengan tatapan menyala-nyala.
"Dari desa asri yang penduduknya tentram dan makmur! Apa yang salah dengan itu, Sayangku? Yang terpenting bagi pihak sekolah adalah seorang murid mampu menjalankan hak dan kewajibannya sebagai pelajar dengan baik. Itu saja!" sergah Tuan Seno meluruskan.